Translate

Monday, July 30, 2012

Books "THE KEY"


Books “THE KEY”
Judul Asli : KAGI
Copyright © 1956 by  The Heirs of Jun’ichiro Tanizaki
Penerbit : Serambi Ilmu Semesta 
Alih Bahasa : Rahmani Astuti
Editor : Dian Pranasari & Adi Toha
Desain Cover : Eri Ambardi
Cetakan I : Juni 2012 ; 200 hlm  

Melihat preview di sampul belakang buku ini, sudah dapat kuraba, kira-kira bagaimana kisah tentang kehidupan rumah tangga yang aneh dan unik, dan seperti sebagian besar karya sastra Jepang yang mampu mengungkap sisi gelap dari manusia, diriku bersiap-siap menghadapi berbagai keanehan dalm kisah buku setebal 200 halaman ini...

Dan ternyata perkiraanku meleset sedikit, keanehan yang disajikan merupakan kenyataan yang memang banyak terjadi di dalam kehidupan rumah tangga yang tersembunyi di balik kedok para penghuninya. Dan mereka adalah penggambaran sosok-sosok manusia modern yang tak mampu berkomunikasi secara verbal dan terbuka, tentang kebutuhan masing-masing, tentang perasaan serta kerinduan dan kebencian, hingga pada akhirnya setiap orang melakukan ‘sesuatu’  demi menyalurkan hasrat yang sekian lama terpendam...

Kisah ini tentang seorang profesor berusia 55 tahun dengan istrinya yang bernama Ikuko 44 tahun, dikarunia seorang putri bernama Toshiko yang telah beranjak dewasa.  Kehidupan rumah tangga mereka tampak normal, namun ternyata di dalam hubungan pribadi masing-masing, terjadi kesenjangan yang bukan saja oleh jarak usia tapi juga oleh tiadanya komunikasi satu sama lain. Menjelang usia paro-baya, sang profesor mengalami kekhawatiran bahwa istrinya yang masih menarik  pada usia tersebut, tak akan mau memahami hasrat serta gairah aneh yang semakin sering muncul menjelang usia senja sang suami. 

Sang suami menginginkan suatu permainan, semacam ‘fore-play’ dalam aktifitas seksual mereka. Namun sang istri yang berpegang pada adat serta prinsip, tak mau langsung mengikuti permintaan suaminya. Yang tidak kalah aneh, alih-alih saling berusaha membicarakan permasalahan itu, keduanya justru melakukan semacam ‘curhat’ pada buku harian masing-masing. Dimulai dari sang suami, yang menuliskan berbagai hasrat dirinya serta pengharapan pada sang istri lewat buku harian yang rajin ditulis, tapi kemudian ia kunci dan disembunyikan. Namun pada suatu hari, ini berkeinginan agar sang istri mau ‘mengintip’ curahan hatinya lewat buku harian itu. Maka ia dengan sengaja meninggalkan kunci buku hariannya di tempat yang bisa terlihat oleh sang istri. 

~ side by side but so busy with their own mind and fantasy ~
Sang istri, yang sudah mengetahui bahwa suaminya diam-diam membuat buku harian, merasa tak peduli, karena selama bertahun-tahun mereka menikah, ia tak pernah terlalu ambil peduli dengan pria yang tak pernah ia cintai. Dan tanpa pengetahuan suaminya, ia juga menulis pikirannya dalam buku harian yang juga ia sembunyikan dengan cermat. Jika sang suami menuliskan tentang hasrat untuk berhubungan lebih dalam dengan sang istri, maka dalam buku hariannya, sang istri justru mengungkapkan rasa ‘jijik-nya’ akan saran serta permintaan sang suami yang dirasanya aneh. Ia tahu bahwa suaminya menganggap dirinya ‘dingin’ dan ‘hipokrit’ karena senantiasa berpegang pada prinsip kuno. Padahal jauh di dalam hatinya, ia justru wanita yang sangat ‘bergelora’ dan memiliki hasrat tinggi. Tapi ia ingin sang suami bisa memberikan suatu insentif yang mampu menarik gairahnya, bukannya terpaku pada berbagai gaya aneh yang ia selalu usulkan. 

Nah, sudah cukup menarik sekaligus aneh dan menggelikan kisah ini bukan ? Jangan berhenti sampai di sini, karena semakin lama kejanggalan akan perilaku mereka semakin menjadi-jadi. Dimulai dengan kehadiran seorang pria muda bernama Kimura, yang dapat dikatakan sebagai teman keluarga, sehingga tak aneh jika ia sering bertandang. Semula sang suami menduga pria ini berusaha mendekati putrinya Toshiko, namun anehnya sang putri senantiasa menghilang, atau hanya bersedia menemani sejenak kemuadian kembali menghilang ke kamarnya. Maka Kimura lebih sering bercengkrama dengan sang ibu / istrinya, Ikuko. Tiba-tiba digambarkan bahwa sang profesor menaruh rasa curiga serta kecemburuan terhadap sang istri akan kedekatannya dengan Kimura. Namun kehadiran pria itu tetap diterima dan berjalan dengan rutin. 

Dan suatu hari, saat mereka minum-minum hingga mabuk berat (sdh merupakan hal biasa bagi mereka bertiga, kecuali sang putri Toshiko yang tak pernah menyukai acara minum-minum), yang pada akhirnya membawa pada kejadian awal yang akan merubah kehidupan awal keluarga ini. Ikuko mabuk berat hingga pingsan dan nyaris koma di kamar mandi. Dalam rangka menyelamatkan nyawanya, entah bagaimana timbul pemikiran serta hasrat aneh pada benak sang profesor. Dalam ritual penyelamatan yang melibatkan bantuan Kimura (termasuk melepas pakaian dan memijat seluruh tubuh agar memperlancar peredaran darah Ikuko yang pingsan), ia memperoleh ide untuk melakukan ritual yang sudah lama bercokol dalam benaknya. 


Dalam kondisi tak sadar, Ikuko terbaring di kamar tidurnya, ditelanjangi dan dipandangi oleh sang suami yang tak pernah melihat keseluruhan tubuh sang istri selama ini (ini salah satu prinsip yang dipegang oleh Ikuko, ia tak mau terlihat dalam kondisi terang saat mereka berhubungan) ... kemudian yang lebih ‘menakjubkan’ sang suami melakukan berbagai eksplorasi serta eksperimen terhadap tubuh istri yang pingsan ini .... (jangan terburu ‘tercenung’ atau ‘muntah’ – karena ini belum selesai). Bak pembuatan film porno, sang suami menyorotkan lampu-lampu terang pada tubuh sang istri. Pengalaman pertama ini membuat dirinya ‘ketagihan’ sehingga pada periode berikutnya, ia sengaja membuat sang istri mabuk dan pingsan kembali guna melakukan percobaan baru. Hingga ia menemukan cara-cara lain, memotret berbagai pose istrinya yang sedang telanjang dalam keadaan tak sadar. 

Well, bagaimana, apakah sudah cukup menurut Anda hal-hal seperti ini ? Apakah Anda bisa men-tolerir perilaku yang notabene sebenarnya juga menjangkiti beberapa pasangan yang sudah menikah ? Ada yang menyebut mereka gila seks, mungkin juga memang ada sebagian orang mengidap kelain seperti ini. Namun janganlah Anda menghakimi kisah ini seperti terlebih dahulu, karena diantara rasa jijik sekaligus merinding, ada juga rasa penasaran pada diriku, apakah memang penulis yang menurut referensi mampu menghadirkan karya sastra yang terkenal dan salah satunya adalah novel ini, ternyata hanya merupakan kisah tentang pasangan setengah baya yang gila seks belaka ? Maka kucoba meneruskan bacaan ini hingga halaman terakhir ... untuk mendapatkan ‘kejelasan’ apa makna kisah ini sebenarnya ?

Masuknya peran Kimura di awal, ternyata menjadi semakin dalam karena melalui dirinya sang profesor memperoleh jalan untuk menemukan gairah yang dirasa sudah hilang menjelang usia senjanya. Namun hal ini juga berimbas pada terbukanya hubungan terlarang lainnya, antara sang istri dan pemuda itu. Yang lebih aneh, justru sang suami yang ‘sengaja’ mendorong sang istri serta pemuda itu untuk saling berhubungan (kecemburuan sang suami di awal kisah ternyata memang tidak beralasan, namun pada akhirnya, seperti pepatah mengatakan ‘bisa terjadi karena terbiasa’ – nah, perselingkuhan aneh pun terjadi). 


Peran putri pasangan ini yang paling janggal kurasakan, bagaimana ia menyikapi perilaku sang ayah serta sang ibu, bahkan pemuda yang semula diharapkan menjadi pasangannya. Apa jadinya jika seorang putri sengaja mendorong ibunya tertarik pada seorang pemuda seusia dirinya, merancang pertemuan, tetapi juga membocorkan rahasia tersebut pada sang ayah (dugaanku berdasarkan bacaan ini, ia sengaja hendak menyakiti sang ayah dengan membeberkan perilaku ibunya) ... nah, ini jelas-jelas anak yang ‘terganggu’ menurutku, apalagi membaca endingnya ... bagaimana ia merencanakan masa depan hidupnya dengan orang-orang yang saling berhubungan seksual (dugaanku, gadis ini memiliki sifat manipulatif sebagai kompensasi sosok yang tak pernah diperhatikan karena dianggap kurang menarik dalam keluarganya).

~ cute little ceramic about couples who busy mind their own bussiness ~
Lalu bagaimana kelanjutan dan akhir kisah ini ? Harus kuakui, ide yang ditanamkan oleh penulis sungguh sangat mengena. Terlepas dari berbagai kelainan seksual serta perilaku psikologis masing-masing karakter, maka tema kisah ini sudah tercantum pada judul diatas yaitu “The Key” ...bisa diasumsikan pada kunci buku harian masing-masing pasangan ini, yang ditulis dan disembunyikan, namun diriku lebih cenderung pada makna tersirat sang penulis. Bahwa pokok permasalahan terletak pada sebuah Kunci, yaitu tiada keterbukaan dan komunikasi dari hati ke hati dalam keluarga ini. Sehingga mereka berusaha mencapai keinginan masing-masing dengan cara-cara tersendiri, cara-cara aneh yang bisa dikatakan mendekati penyakit kejiwaan. Dan memang masing-masing individu dalam keluarga tersebut, ayah / suami, ibu / istri dan putri / gadis remaja, berusaha mencapai apa yang selama bertahun-tahun bercokol dalam benak dan jiwa mereka, memanfaatkan pihak ketiga, pemuda bernama Kimura. 
“Ikuko, Istriku tercinta! Aku tidak tahu apakah kau akan membaca ini atau tidak. Tidak ada gunanya juga menanyakannya, karena kau tentu tidak akan melakukan hal itu. Tetapi jika kau membaca ini, percayalah cerita ini bukan karangan, setiap kata dalam buku ini adalah kejujuran.” 
( ~buku harian sang suami – from ‘The Key’ by Jun’ichiro Tanizaki | p. 6 ) 

“...apapun yang dia pikirkan, aku tidak akan membacanya. Aku tidak punya keinginan untuk menembus jiwanya lebih daripada batas yang aku tetapkan kepada diriku. Aku tidak suka membiarkan orang lain mengetahui apa yang ada di pikiranku dan aku juga tidak ingin mengintip urusan mereka. Kurasa membaca buku hariannya tidak akan membuatku bahagia.”  
 ( ~buku harian  sang istri – from ‘The Key’ by Jun’ichiro Tanizaki | p. 12 )

Sebelum kututup kisah ini, harus kuakui, ini bukanlah kisah favoritku, namun diriku tak mampu mengenyahkan perasaan janggal sekaligus bersalah, karena pada kenyataannya, penulis telah berhasil ‘menelanjangi’ kebobrokan jiwa manusia melalui karakter-karakter dalam kisah ini. Dan jika Anda berani menghakimi tokoh-tokoh ini sebagai manusia sesat, hendaklah bercermin terlebih dahulu, bukankah ini hanya sebagian kecil  contoh ‘kejahatan’ yang terkadang mampir di benak serta hati kita ?? Bahkan kisah ini bisa dikatakan tidak terlalu dahsyat dengan berbagai adegan film yang mengumbar seks berganti-ganti pasangan, atau jika Anda termasuk penggemar setia setiap berita infotainment tentang perselingkuhan, perceraian, skandal, pemerkosaan, dll ... maka tiada bedanya diri kita dengan tokoh-tokoh dalam kisah ini. 

Sang penulis patut diacungi jempol karena berani ‘mengecek’ tampilan luar diri manusia yang tampak sempurna, bersih tanpa cacat, namun bobrok di dalam jiwanya, dan perlu Anda ingat, kisah ini ditulis dan diterbitkan pada tahun 1956, dimana topik ini termasuk ‘tabu’ untuk dibicarakan apalagi di kalangan masyarakat Asia, yang memegang kuat adat dan budaya tradisional, termasuk hubungan antar suami-istri tidak pernah menjadi bahan perbincangan.  Sungguh sayang justru perilaku seksual yang menyimpang ini yang menjadi sorotan utama media, bahkan saat berusaha mencari referensi melalui google, hanya mendapati berbagai versi kisah ‘porno’ yang dibuat berdasarkan sekelumit kisah ini, bukannya inti-permasalahan yang telah kuungkapkan diatas. Nah, jika demikian, pada posisi mana Anda meletakkan persepsi pemikiran Anda ? 

Tentang Penulis :
Jun’ichiro Tanizaki lahir pada tanggal 24 Juni 1886 di Tokyo, Jepang – kota tempat keluarganya memiliki usaha percetakan. Beliau mempelajari Sastra Jepang di Tokyo Imperial University. Karya pertamanya diterbitkan berupa drama satu babak  yang muncul pada tahun 1909 di sebuah majalah sastra Jepang. Kemudian menyusul berbagai novel-novel pada awal karirnya sebagai seorang penulis, yang menggambarkan tentang kehidupannya sebagai seorang mahasiswa bohemian. Pada masa itu beliau banyak  dipengaruhi oleh gaya penulisan para penulis terkemuka dari Barat, seperti Edgar Allan Poe, Baudelaire, dan Oscar Wilde. 

Beliau tinggal dan menetap di kota metropolitan Tokyo hingga terjadi gempa besar pada tahun 1923, dan akhirnya memutuskan untuk pindah ke ke daerah yang lebih berbudaya : Kyoto, Osaka – yang menjadi latar belakang novelnya yang terkenal ‘ Sasameyuki ‘ ( The Makioka Sisters, 1943-1948 ). Di tempat ini pula beliau mulai terserap dalam gaya kehidupan kuno Jepang, dan mulai meninggalkan pandangan kebarat-baratannya yang dangkal. Para kritikus Jepang setuju bahwa krisis emosioanal serta kecerdasannya, mengubah Tanizaki dari seorang penulis biasa-biasa menjadi penulis yang sangat bagus serta tajam dalam menyajikan tema-tema sekitarnya.   

Novel-novel beliau yang dihasilkan setelah tahun 1923 semakin banyak dibicarakan dan dicari oleh para penggemar sastra, salah satunya adalah The Key ( Kagi ) yang terbit pada tahun 1956. Dan semenjak tahun 1930, nama beliau kian terkenal ketika keseluruhan karya-karya diterbitkan secara lengkap. Pada tahun 1949, beliau memperoleh Anugerah Kaisar Jepang dalam bidang sastra pada 1949 dan beberapa kali dicalonkan sebagai pemenang Hadiah Nobel Sastra. 

Beliau wafat akibat serangan jantung pada tanggal 30 Juli 1965 di Yugawara – wilayah sebelah barat daya kota Tokyo. Namun beliau meninggalkan berbagai karya abadi yang tidak saja berharga bagi masyarakat sastra Jepang, tapi juga bagi dunia sastra Internasional. 

Ada pun karya lain beliau yang juga telah diterjemahkan dalam versi bahasa Indonesia berjudul ‘The Secret History of Lord Musashi and Arrowroot’ yang merupakan tiga bagian kisah terpisah tentang fiksi berdasarkan sejarah Jepang Kuno, cukup menarik untuk diulas dalam reviewku yang lain. 

Best Regards, 
* Hobby Buku * 

Monday, July 9, 2012

Books "BIG GIRL"


Judul Asli : BIG GIRL
Copyright © 2010 by Danielle Steel
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Gita Juliani K. 
Cover by Marcel A.W.
Cetakan I : Mei 2012 ; 440 hlm 

Victoria Dawson – putri pertama pasangan Jim dan Christine Dawson, sama sekali tidak mirip dengan anggota keluarganya yang tinggi, langsing dan berambut hitam gelap dan mata kecokelatan. Bahkan adiknya Grace justru sangat mirip dengan kedua orang tua mereka. Victoria semenjak dilahirkan, ia merupakan bayi bertubuh besar dengan rambut pirang dan mata biru besar. Meski ia menjadi gadis yang lincah dan periang, sangat cerdas dan selalu ingin tahu, semuanya mengalami perubahan saat ia berusia 6 tahun, ketika ia melihat gambar Ratu Inggris – yang merupakan perwujudkan dirinya, sebagaimana senantiasa diucapkan oleh sang ayah sebagai olokan, namun si kecil Victoria semula menganggapnya sebagai pujian. Dan setelah melihat fakta yang ada, ia tersadar bahwa semua perkataan orang-orang termasuk ayah, ibu dan neneknya, bahwa ia – Victoria, adalah hasil percobaan yang gagal, bahwa ia adalah merupakan kekecewaan terbesar bagi keluarganya ( sungguh orang tua yang 'gila' ... mengatakan bahwa anaknya adalah hasil percobaan yang gagal, walau dengan niat bercanda, sangat tidak patut untuk dikatakan pada seorang bocah ).

~ foto Ratu Victoria yang kemungkinan dilihat oleh bocah Victoria Dawson ~

Kali ini topik yang diangkat oleh Danielle Steel sedikit berbeda dengan kisah drama – keluarga yang biasa ia tampilkan. Dengan penggambaran akan sebuah keluarga yang tampak sempurna dari luar, muncul suatu topik yang sebenarnya bukanlah masalah besar, seandainya saja pasangan suami-istri Dawson bukan hanya merupakan orang yang berpikiran picik, namun juga suka menindas dengan perkataan dan ucapan yang merendahkan orang lain. Dan yang lebih mengerikan, korban mereka adalah putri kandung, yang terlahir berbeda penampilan fisiknya, dan tidak sesuai dengan harapan muluk mereka. 

Membaca bagaimana semenjak usia sangat muda, si kecil Victoria sudah menyadari bahwa kedua orang tuanya kecewa dengan ‘keberadaan’ dirinya --- sungguh membuatku sangat sedih, membayangkan seorang gadis mungil harus menerima kenyataan seperti itu. Perlu diketahui bahwa jika ada yang berpendapat bahwa anak kecil tidak tahu apa-apa ... itu adalah pendapat yang salah besar, karena justru pada usia muda, anak-anak bagaikan spons yang menyerap apa saja yang ada di sekelilingnya, tanpa adanya filter yang membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Maka sungguh menakutkan sebagai orang tua atau keluarga yang memiliki anak kecil, karena kita harus senantiasa berhati-hati dalam menjaga lingkungan sekitar anak-anak ini. Bahkan baru saja kemarin, kemenakanku yang baru berusia 3 tahun, mendengar ayahnya tidak sengaja mengumpat, wah langsung ditirukan tanpa sadar bahwa itu adalah kata-kata yang tidak boleh diucapkan. Itu hanya berupa kata, bagaimana dengan tingkah-laku sehari-hari ?? 

“.. that terrible feeling that you're not good enough to be loved by the people you love most, and eventually by anyone else.”
 
Ada orang-orang yang suka mengejek dan memperolok orang lain demi mencapai popularitas. Dan itulah yang dilakukan oleh sang ayah, Jim Dawson, yang mengaku dirinya populer dan terpandang. Istrinya Christine, terlalu memuja suaminya sehingga tidak mampu menjalankan fungsinya utamanya sebagai seorang ibu, yaitu mencintai dan mengasihi anaknya tanpa syarat. Victoria menjadi bulan-bulanan, setiap hari, setiap saat, tak pernah ia lepas dari ‘perhatian yang salah’ yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Alih-alih melihat segala kebaikan dan kelebihan putrinya, mereka justru selalu menyoroti sisi negatif. Bahkan saat putri kedua lahir, sesuai dengan harapan mereka, teror tersebut semakin berlanjut. Satu-satu penghiburan bagi Victoria adalah ia sangat mencintai adiknya, Grace, tanpa ada kedengkian dalam hatinya. Grace yang menerima cinta tanpa syarat dari Victoria, membalasnya dengan kecintaan yang sama besarnya, tanpa memperdulikan anggapan kedua orang tua mereka. 

Penulis membawa pembaca menelusuri perjalanan hidup Victoria, dari semasa kecil hingga remaja yang penuh gejolak serta pencarian jati diri, mengalami sindrom penurunan berat badan dengan berbagai cara diet (dengan olahraga, hingga obat-obatan, serta memuntahkan makanan), hingga Victoria mencapai usia di mana ia beranjak dewasa dan berkeinginan lepas dari lingkup keluarganya, menempuh pendidikan serta bekerja di tempat yang tak terjangkau oleh kedua orang tuanya. Karena ia menyadari, bahwa satu-satunya jalan supaya ia bisa bernafas dengan lega, adalah keluar dari kediaman keluarganya. 

“.. All you know is your parents telling you that you're not deserving, you're not worthy, and no one will ever want you. Believe me, tapes like that play so loud, you can't hear anything else. Even when it's clear otherwise.”
 

Mendekati pertengahan, dimana seharusnya konflik yang sudah terbentuk, justru kisahnya berjalan lambat dan seakan-akan diulang-ulang, bahwa sosok Victoria mengalami ‘kejatuhan mental dan fisik’ berulang kali. Sayangnya penggambaran sosoknya justru cuman sekilas pandang, tanpa adanya pendekatan emosional secara lebih dalam. Ini mungkin yang menyebabkan beberapa karya Danielle Steel terasa sedikit ‘hambar’ bagiku. Alih-alih terjun-bebas pada karakter utama, beliau hanya mengulas sisi luarnya, dan langsung menuju ending. Hingga diriku yang sangat semangat membacanya di awal-awal kisah, menjadi kecewa menjelang endingnya. Maka karakter Victoria yang sangat kuat di depan, menjadi sosok wanita biasa yang berjuang melawan ketidak-percayaan diri, berkesan hanya tempelan belaka. Sungguh ... sungguh sangat disayangkan, karena diriku berharap banyak pada topik yang diangkat kali ini. Maka berbekal pada beberapa kutipan dan pembukaan kisah karakter Victoria Dawson, diriku ingin mengingat pentingnya menjaga ‘anak-anak’ dari pengaruh buruk dan alih-alih menekankan pada setiap kelemahan yang ada, kita justru harus memperkenalkan mereka pada kelebihan yang dimiliki tanpa harus malu atau takut pada ‘perbedaan’ yang dimiliki --- itu bukan sebuah kelemahan, melainkan suatu alat yang belum diasah guna mencapai kelebihan dan kekuatan yang ada di dalam hati kita masing-masing (^_^) 

I'm one of them. The weirdos and the freaks. My point was that it's ok to be different, and from now on we'd better be, if we're going to make something of ourselves. It's the one thing I learned in school. Different is ok. – Victoria ” ( from Big Girl by Danielle Steel )

.. As far as they're conserned, I've been kind of a poor second best all my life, or I don't qualify at all compared to my brother. It's rough being around them and feeling like you never measure up. – Colin ( from Big Girl by Danielle Steel )

Tentang Penulis :
Danielle Steel, lahir pada tanggal 14 Agustus 1947, terlahir dengan nama Danielle Fernandes Dominique Schuelein-Steel, dikenal sebagai penulis asal Amerika yang terkenal dengan novel-novel bergenre romance dan drama. Sampai dengan tahun 2005, karya-karyanya telah terjual lebih dari 800 juta copy di seantero dunia dan menempati posisi ke-4 sebagai bestselling author, serta senantiasa menduduki rating dalam New York Times Bestseller, sekaligus telah diadaptasi dalam berbagai serial / drama televisi. 

Dibesarkan oleh sang ayah ketika kedua orang tuanya bercerai saat ia baru berusia 8 tahun, maka masa kecilnya dihabiskan antara kota New York dan keliling Eropa (paling sering di Prancis). Semenjak kecil, ia suka menulis puisi, namun kegemarannya akan dunia tulis-menulis baru terwujud saat ia bercerai dari suami pertama Claude-Eric Lazard, yang dinikahinya pada usia 18 tahun. Dan pada tahun 1972, novel pertamanya “Going Home” yang berfokus pada kisah rumah tangga dan hubungan antar manusia. Menyusul novel kedua dan ketiga : “Passion’s Promise” dan “Now and Forever”  yang mengalami kesuksesan, berbeda dengan hubungan pribadinya dengan kaum pria. 

Dengan novel-novel yang telah diterjemahkan lebih dari 28 bahasa dan beredar di lebih dari 47 negara, tak heran jika beliau masuk dalam daftar Guinness Book of World Records pada tahun 1989 sebagai penulis yang karyanya berada di posisi puncak New York Times Bestseller selama 381 minggu berturut-turut. Hingga kini, beliau telah merilis novel yang ke-86 di tahun 2012, di luar karya tulis non-fiksi serta berbagai serial cerita bergambar untuk anak-anak,  dan tampaknya tidak akan berhenti sampai disini. Dengan 24 judul novel yang telah diadaptasi sebagai film, dan menyusul novel ke-25  berjudul ‘Hotel Vendome’ yang sedang dikerjakan untuk rilis pada tahun 2013. 
 
Info selengkapnya tentang beliau, silahkan kunjungi salah satu dari fansite-nya di :

Best Regards,
* Hobby Buku *

Books "I'VE GOT YOUR NUMBER"


Judul Asli : I’VE GOT YOUR NUMBER
Copyright © Sophie Kinsella 2012
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Siska Yuanita
Cover by eMTe
Cetakan I : Mei 2012 ; 576 hlm 

Pernahkah Anda kehilangan sesuatu yang sangat berharga dan memiliki kenangan khusus ? Mungkin nilainya tidak seberapa tinggi, tapi mengandung arti yang dalam bagi seseorang. Nah, sedangkan bagi Poppy Wyatt, yang baru saja bertunangan, benda tersebut tidak memiliki arti mendalam kecuali merupakan pemberian tunangannya, Dr. Magnus Tavish yang tampan dan terkenal. Sekarang Poppy menghilangkannya !!! Ya, benar sekali, cincin pertunangan yang juga merupakan cincin warisan keluarga Magnus turun-menurun, hilang, lenyap, tanpa jejak, di tangan calon istri Dr. Magnus Tavish. 

Sudah jatuh, tertimpa tangga pula, perumpamaan akan nasib Poppy. Masih kebingungan dan pusing mencari cincin yang raib di tengah keributan hotel saat terjadi kekacauan alarm kebakaran, ponselnya ‘dijambret’ saat ia sedang berusaha mencari signal di luar hotel (dengan cara melambai-lambaikan ponselnya, ya terang saja ada yang tertarik untuk mengambilnya haha). Padahal ia sudah menyebarkan berita ke polisi, ke pihak hotel, ke teman-temannya, untuk segera menghubungi jika ada kabar tentang cincin tersebut. Bagaimana ia dapat berkomunikasi jika tidak ada ponsel ? 

“Ponselku adalah bala kurawaku. Teman-temanku. Keluargaku. Pekerjaanku. Seluruh duniaku. Segala-galanya. Aku merasa seolah-olah ada orang yang telah mencabut sistem life-support-ku.” ( p. 21 )

Dan mendadak, di sudut hotel, di dalam keranjang sampah, tergeletak sebuah ponsel ... ponsel utuh tanpa cacat, dan setelah dicoba ternyata berfungsi dengan normal. Wah, bintang keberuntungan menyertai-ku pikir Poppy, lagipula apa yang ada di tempat sampah berarti milik umum – boleh ia ambil !! Dan dengan ponsel barunya, Poppy segera ‘menyebarkan’ pengumuman baru, bahwa siapa saja yang mengetahui tentang cincinnya bisa menghubunginya di nomer ponsel yang baru ini. Ketika ponsel tersebut kembali berdering, Poppy segera menjawab, siapa tahu dari salah satu temannya. Ternyata yang suara yang terdengar adalah seorang pria yang mencari Violet – yang seharusnya memegang ponsel itu. Maka dimulailah petualangan Poppy dengan ponsel barunya – milik perusahaan yang dimiliki oleh Sam Roxton, dan tugas pertama yang berhasil Poppy lakukan adalah mencegat rombongan pebisnis Jepang dengan menyanyi ‘Mr. Yamasaki’ ala ‘Singles Ladies-nya Beyonce’ plus goyangan mautnya ( duh...bikin diriku ketawa membayangkannya ).

Violet adalah asisten – mantan asisten Sam Roxton, yang seharusnya membawa ponsel yang merupakan penghubung antara Sam dengan para koleganya. Namun karena Poppy bersikeras membawa ponsel itu, dan telah ‘bersumpah-setia’ untuk meneruskan berbagai pesan dari ponsel itu kepada Sam, baik berupa email atau sms, maka Sam membiarkan Poppy membawa ponsel itu untuk ‘sementara’ sampai masalah cincin yang hilang beres atau sampai Poppy sempat membeli ponsel baru. Seharusnya ini hanya menjadi hal yang mudah dan cepat terselesaikan. Masalahnya, cincin tak kunjung ditemukan. Dan Poppy karena merasa ‘baik-hati’ (sekaligus agak usil urusan orang lain) melakukan beberapa tindakan atas berbagai email serta sms yang masuk untuk Sam. Tidak lama terjadi keributan besar yang menimpa Sam, dan Poppy-lah pelakunya. 

Kesan :
Jika Anda membutuhkan sebuah bacan yang ringan sekaligus menghibur, maka inilah buku yang kurekomendasikan. Semenjak awal diriku sudah ‘terkekeh’ dengan kelakuan Poppy Wyatt. Merupakan ciri khas penulis dengan nama pena Sophie Kinsella ini, untuk membuat karakter utamanya (yang mayoritas adalah wanita independent namun terlibat dalam keruwetan kehidupan sehari-hari) menjadi sosok yang hidup, menyenangkan, sekaligus menggelikan.  

Tanpa berharap banyak, karena ini merupakan tipikal drama-romance-comedy, maka diriku hanya ingin mendapatkan hiburan sebagai selingan diantara bacaan lain yang lebih serius. Ternyata, prediksiku sedikit meleset, karena lewat dialog-dialog singkat via sms yang dilakukan oleh Poppy dan Sam, terbentuk suatu hubungan yang transparan namun cukup menyentuh. Yang membuat heran, justru dialog-dialog tersebut bukanlah kalimat rayuan romantis atau kata-kata puitis bak tulisan Nicholas Sparks, tapi jika Anda mengikuti dialog tersebut, maka mau tidak mau hati akan tersentuh. Baru kali ini diriku mendapati bahwa percakapan singkat via sms ternyata bisa sangat romantis (^_^) .... tidak percaya ? Coba simak berbagai cuplikan dialog singkat ini : 

Kau sudah mendaftar untuk periksa gigi ? Nanti gigimu bolong !!!
Ngapain kau melek malam-malam begini ?
Hidupku akan berakhir besok.
Aku bisa mengerti hal itu membuatmu tak bisa tidur. Kenapa besok berakhir ?
Dasimu miring.
Ada yang tahu kau mengirim SMS padaku ?
Kurasa tidak. Belum.
Di mana kau tepatnya ?
Luar.
Tidak membantu.
Kau dalam masalah besar ?
Mungkin.
Kau bisa saja mengambil jalan yang lebih mudah.
Tentu saja.
Tapi kau tidak mengambilnya.
Itu aturan hidupku.
Aku memahamimu.
Tentu saja. Kau pun akan melakukan hal yang sama.
Tidak.
Aku cukup mengenalmu, Poppy Wyatt. Kau akan melakukannya juga.
Aku senang ponselmulah yang kuambil dulu.
Aku juga.
Apa yang terjadi pada pria yang dulu dikenal sebagai Sam Roxton ?
Dia telah melebarkan cakrawalanya. Aku jadi ingat, mana semua ciuman itu ?
Entah. Kau menyembuhkanku.
Aku melihatmu.
Tidak lihat.
Aku datang.
Kau tidak ada di dekatku.
Ada. Aku datang. 

Dan secara resmi, ini menjadi salah satu dari novel-novel Sophie Kinsella yang kusukai, bersanding dengan ‘Twenties Girl’ ( yang menempati posisi pertama ) dan “The Undomestic Goddess’ ... (semuanya sudah diterjemahkan oleh penerbit yang sama, jika kebetulan Anda mencarinya). Saat mencapai halaman terakhir, dengan ending yang tidak berlebihan, mengingatkan akan film ‘Four Wedding & Funeral’ dan “Nothing Hill’, masih terngiang akan berbagai SMS yang mereka lakukan (^-^)

Magnus, Orang yang berdiri bersamaku ini Sam. Aku tahu ini tidak biasa – tapi bolehkah aku mengajaknya ke resepsi penikahan kita? Poppy xxx ( ~ ending ~ from I've Got Your Number by Sophie Kinsella )  

Tentang Penulis :
Sophie Kinsella adalah nama pena yang digunakan oleh Madeline Wickham, yang juga digunakan untuk menulis serangkaian novel non-chicklit. Sebagai Sophie Kinsella, ia dikenal akan serial Shopaholic dengan karakter utama Becky Bloomwood – wanita yang menjadi koresponden penasehat keuangan terutama bagi kaum wanita modern, namun ternyata dirinya sendir tak mampu mengatur keuangan pribadi hingga terlibat hutang yang tidak sedikit dengan pihak kartu kredit. Dengan gaya blak-blakan dan lewat canda dan humor, penulis memasukan opininya terhadap gaya hidup borjuis pada kalangan menengah yang berusaha mengikuti pola gaya dan pola hidup kaum papan atas. 

Terlahir dengan nama Madeleine Townley pada tanggal 12 Desember 1969, penulis asal Inggris ini mengawali karirnya sebagai jurnalis keuangan (seperti karakter Becky Bloomwood), hingga pada usia 24 tahun, ia merilis novel pertamanya berjudul ‘The Tennis Party’ yang menuai sukses di khalayak umum dan menjadi bestseller. Dan setelah itu, berturut-turut, ia menghasilkan beberapa novel atas nama Madeleine Wickham, seperti ‘A Desirable Residence’, ‘Swimming Pool Sunday’, ‘The Gatecrasher’, ‘The Wedding Girl’, ‘Cocktail for Three’, dan ‘Sleeping Arrangements’. Kemudian ia mulai menulis serial Shopaholic yang rilis pada tahun 2000 dengan nama pena Sophie Kinsella, yang baru diungkapkan pada umum, saat rilis bukunya yang berjudul ‘Can You Keep A Secret?’ pada bulan Desember 2005.


Madeleine Wickham saat ini tinggal di London, Inggris, bersama sang suami Henry Wickham, pasangan yang telah menikah lebih dari 17 tahun ini dikarunia 4 orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Madeleine juga memiliki saudara perempuan yang juga seorang penulis drama-romance dan chicklit bernama Gemma Townley. Info selengkapnya tentang beliau, silahkan kunjungi websitenya di : http://www.sophiekinsella.co.uk/
 
Best Regards,
* Hobby Buku * 


Friday, July 6, 2012

Books "ALL THE FLOWERS IN SHANGHAI"


Judul Asli : ALL THE FLOWERS IN SHANGHAI
Copyright © by Duncan Jepson, 2012
Penerbit Serambi
Alih Bahasa : Istiani Prajoko
Editor : Dian Pranasari & Sidik Nugraha 
Desain Sampul : IG Grafix
Cetakan I : Juni 2012 ; 476 hlm 

Pada musim panas 1932, di Shanghai, Cina, seorang gadis belia bernama Xiao Feng, putri kedua keluarga Feng yang baru berusia 17 tahun, masih menikmati kesenangan layaknya remaja seusianya....meski ia tak pernah terlalu diperhatikan oleh kedua orang tuanya, yang memilih mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada putri pertama, yang diharapkan akan menjadi menantu keluarga kaya dan terhormat demi mengangkat harkat keluarga mereka. Maka Xiao Feng, memilih lebih dekat dengan sang kakek yang dengan senang hati menemani cucunya, apalagi setelah kematian sang istri.

Xiao Feng seorang gadis tinggi dan langsing, yang gemar berjalan-jalan di alam bebas, menikmati pemandangan, mengamati berbagai jenis tumbuhan serta nama-namanya, sebuah pelajaran menarik yang diperolehnya dari sang kakek. Jika ia berada di luar sana, maka kesibukan dan keributan di rumahnya akan terlupakan. Ia sudah terbiasa diabaikan dan diperolok oleh ibu maupun kakak perempuannya, namun menjelang hari pernikahan sang kakak dengan calon suami yang berasal dari keluarga kaya-raya dan terpandang di wilayah tersebut, Xiao Feng terjepit antara rasa tertarik melihat berbagai kesibukan dan takut melihat kemarahan sang kakak yang sewaktu-waktu timbul. 


Books "THE READER"



Judul Asli : THE READER
Penulis : Bernhard Schlink
Copyright © 1995 by Diogenes Verlag Ag, Zurich
Penerbit : Elex Media Komputindo
Alih Bahasa : Fransiska Paula Imelda Alexandria Tobing
Cetakan I : Juni 2012 ; 228 hlm 
Rate : 4 of 5

[ "Resensi buku ini dibuat dalam rangka ikut berpartisipasi dalam Lomba Resensi Buku ReadingWalk.com" | source from Reading Walk's Library ]

Michael Berg baru berusia lima belas tahun saat ia memperoleh suatu pengalaman yang akan merubah seluruh kehidupan masa depannya. Sebagai seorang bocah yang sakit-sakitan sehingga harus menjalani istirahat panjang di rumah, terpaksa tertinggal dalam pelajaran, membuat dirinya kesepian dan tidak mampu bersosialisasi dengan baik terhadap teman-teman sebayanya. Kehidupan keluarganya yang berjalan apa adanya, merupakan tipikal keluarga kelas menengah ke bawah setelah era Perang Dunia. Tidak kekurangan, namun juga tidak mampu mendapatkan sesuatu yang lebih. Michael sudah hampir bosan dengan ‘cuti-liburan’ yang  dijalaninya, namun suatu hari dalam perjalanan panjang berkeliling kota menghabiskan waktu,  ia mendapati dirinya hampir pingsan dan muntah-muntah di tengah jalan ... untunglah seorang wanita bergegas menghampiri dan menolongnya dengan sigap dan penuh perhatian. 

Wanita itu orang asing, yang tak pernah ia kenal, dan ia pun tak mengenal Michael. Namun pertemuan pertama kali itu membawa mereka pada pertemuan kedua, di mana Michael (yang telah bercerita kisahnya pada sang ibu, menasehatinya untuk datang dan berterima kasih atas bantuannya, sebagaimana layaknya ajaran balas-budi yang senantiasa didengungkan kepada anak-anaknya), datang ke kediamannya bertujuan mengucapkan terima kasih. Dan saat itulah Michael melihat adegan yang membekas di benaknya, adegan wanita yang dikenalnya sebagai Frau Schmitz sedang berganti pakaian rumah dengan pakaian bepergian. Bukan sebuah adegan erotis namun bagi pemuda yang sejak pertama kali bertemu telah terpesona pada wanita ini, setiap gerakan wanita ini seakan terekam dalam gerakan lambat di pikirannya, membuatnya selalu ingin memutar-ulang per adegan, melihat wanita ini dari berbagai sudut yang menarik baginya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...