Translate

Tuesday, August 7, 2012

Books "TWO KISSES FOR MADDY"

Judul Asli : TWO KISSES FOR MADDY
Copyright © 2012 by  Matthew Logelin
Penerbit Serambi Ilmu Semesta
Alih Bahasa : Nadya Andwiani
Editor : Muhammad Husnil
Cetakan I : Juli 2012 ; 432 hlm 

Dimulai dari tulisan di sebuah blog yang memicu respons lebih dari 40.000 pengunjung dalam satu hari, blog yang ditulis oleh Matt Logelin dengan judul 'Matt, Liz, and Madeline : Life and Death, All in a 27-Hours Period' - inilah sebuah kisah perjuangan manusia yang sangat menyentuh ...

Kisah kehidupan Matt Logelin ini pertama kali kudengar, saat ia muncul sebagai tamu di acara Oprah Winfrey Show 20 juni 2009, membahas tentang kisah hidupnya yang dituang dalam bentuk blog, yang pada akhirnya mampu menyentuh dan menimbulkan respose luar biasa seantero dunia. Sebuah kisah hidup anak manusia, yang bisa terjadi pada siapa pun, tapi mengapa yang satu ini mampu menggerakkan hati berbagai jenis manusia di luar sana ? Dengan penuh penasaran, diriku mencoba mencari tahu lebih dalam, dan ketika pada akhirnya mendengar kabar bahwa kisah pengalaman Matt telah dituangkan dalam bentuk buku ini akhirnya diterjemahkan oleh penerbit Serambi, maka hanya satu hal yang harus kulakukan, mencari dan membaca kisah ini ... 

Matt & Liz source )
Matthew ‘Matt’ Logelin serta Elizabeth ‘Liz’ Goodman adalah pasangan yang menjalani hubungan jarak-jauh sekian lama, namun justru hubungan antar keduanya semakin erat dan tak terpisahkan oleh jarak dan waktu. Pertemuan pertama mereka pada awal Januari 1996, saat keduanya masih menjalani masa-masa SMA di wilayah Minnesota. Matt adalah pemuda jangkung, pemalu dan pendiam, sedangkan Liz bertubuh mungil, cantik, lincah dan supel. Keduanya langsung tertarik satu sama lain, dan menjalin hubungan yang serius, mulai dari SMA, berlanjut hingga mereka harus melanjutkan kuliah di kota yang berbeda, hingga masing-masing tamat dan menempuh pekerjaan sekali lagi di negara bagian yang berbeda. 

Matt & Liz Logelinsource )
Sebagaimana pasangan lainnya, keduanya mengalami berbagai pasang-surut, terutama saat Liz lebih cepat mencapai posisi serta status mantap di pekerjaannya, sedangkan Matt masih berkutat dengan pendidikan lanjutannya. Liz adalah orang yang serius dan selalu merencanakan hidupnya dengan cermat sesuai jadwal serta target. Sedangkan Matt lebih cenderung santai dan selalu berusaha mencari waktu untuk menikmati kehidupannya, yang dianggap Liz sebagai ‘tanpa-perencanaan’ serta kegiatan ‘mubazir tanpa berpikir panjang’. Namun pada akhirnya setelah keduanya hidup bersama semenjak awal tahun 2002, maka Matt melamar Liz di Nepal pada tahun 2004, dan pada tanggal 13 Agustus 2005 keduanya menikah di kampung halaman Minneapolis, Minnesota.  

Matt, Liz & Maddy source )
Pada tahun berikutnya, Liz memutuskan keluar dari pekerjaannya yang berpenghasilan tinggi namun menyita waktunya, dan mencari pekerjaan lain yang bisa memberinya waktu berada di rumah mereka di Los Angeles. Matt akhirnya memperoleh pekerjaan mapan, yang mampu mengatasi keuangan keluarga, meskipun tak sebesar penghasilan Liz. Keduanya semakin mantap menjalani kehidupan sebagai pasangan suami-istri. Dan kebahagiaan mereka semakin lengkap saat Liz hamil pada Maret 2007. 

Liz & Maddysource )
Di masa awal-awal kehamilannya yang pertama, Liz mengalami episode mual dan muntah yang tak berkesudahan sepanjang hari, hingga dokter mereka harus memberikan obat khusus guna membantu memperingan kondisi Liz. Namun hal itu tidak terlalu membantu, hingga Liz tak mampu memasukan asupan nutrisi yang cukup ditambah dengan penurunan berat badan yang dialaminya seiring dengan pertumbuhan sang bayi. Keduanya disarankan berkonsultasi dengan dokter ahli untuk membantu pertumbuhan bayi mereka. Ketika diagnosa awal tidak bagus, mereka menjalani setiap nasehat serta saran sang ahli agar kondisi Liz serta bayinya mengalami perubahan.  Ketika hampir sebulan terapi berjalan, justru kondisi Liz semakin menurun, maka jalan satu-satunya Liz harus segera dirawat dan dipantau di rumah sakit hingga masa kelahiran sang bayi. Saat itu masih kurang lebih 9 minggu menjelang waktu kelahiran normal bayi mereka. 

Seiring dengan waktu, perkembangan kondisi Liz ternyata tidak membaik, sehingga pada akhirnya dokter memutuskan bahwa operasi caesar harus segera dilakukan karena kadar cairan ketuban Liz semakin rendah, sedangkan janin berkembang lebih pesat sehingga memakan ruang lebih di dalam janin.  Maka pada tanggal 24 Maret 2008, bayi Madeline Elizabeth lahir melalui operasi caesar sesuai prosedur, pada pukul 11.56 dengan berat 3 pon, 13,5 ons, panjang 17,25 inci. Segenap keluarga dekat serta sahabat dekat berkunjung mengucapkan selamat serta melihat kehadiran anggota baru keluarga Logelin dan Goodman dengan penuh syukur dan kebahagiaan. 

Matt & baby Maddysource )
Kegembiraan dan kebahagiaan Liz belum lengkap karena ia masih tidak diperbolehkan bangkit dan keluar kamarnya untuk menjenguk bayi Maddy. Dokter menyarankan agar ia menunggu pada hari berikutnya untuk memulihkan kondisi setelah operasi, kemudian jika ia terbukti sudah cukup kuat, maka ia boleh menjenguk Maddy di bangsal khusus bayi-bayi prematur. Selama 24 jam yang terasa sangat lama bagi Liz, ia harus tetap berbaring, tak sabar mendengar setiap berita serta foto-foto yang dibawakan oleh Matt tentang perkembangan bayi mereka. Matt harus mondar-mandir antara ruang khusus bayi dan kamar Liz, namun ia dengan penuh sukacita melakukannya, serta selalu berusaha menenangkan Liz  yang gelisah. 

Matt & baby Maddysource )
Dan akhirnya, keesokkan harinya sekitar menjelang pukul setengah tiga sore, Liz diperbolehkan bangkit dari pembaringannya selama berminggu-minggu, dan berjalan perlahan guna menjenguk dan memeluk bayi yang dirindukannya. Namun kejadian penuh semangat kegembiraan dan antusias itu segera berubah dengan cepat. Wajah Liz memucat, dan ia pingsan di depan kamarnya. Kejadian yang berlangsung kemudian terjadi begitu cepat, tak mampu dicerna langsung oleh Matt. Yang  jelas Liz kembali dibopong ke dalam kamar, berbagai teriakan serta alarm tanda darurat berbunyi, perawat serta dokter berlarian ke dalam kamar, keributan yang terjadi tak mampu terbayangkan olehnya. Hingga akhirnya keributan itu berhenti, sebuah kesunyian yang janggal berada di sekeliling Matt. Yang ia lihat hanyalah wajah-wajah sedih serta tangisan yang muncul di sana-sini. 

Matt & baby Maddysource )
Pada tanggal 25 Maret 2008, Elizabeth Logelin meninggal tanpa pernah sadar, 24 jam setelah kelahiran buah hatinya yang belum sempat dipeluknya. Meninggalkan sang suami yang masih tak mempercayai bahwa belahan jiwanya telah pergi meninggalkan dirinya, meninggalkan sosok mungil yang masih berjuang untuk hidup. Keluarga serta kerabat dan sahabat semua yang masih dalam suasana gembira, harus menghadapi kenyataan yang membuat siapa pun ‘shock’ akan kenyataan yang telah terjadi.

Jika Anda menanggapi kisah di atas sebagai ‘spoiler’  dan memutuskan tidak membaca bukunya, maka itu merupakan kesalahan pertama. Karena yang kuungkapkan dalam sinopsis diatas, belum mampu ‘menangkap’ jiwa yang dituangkan oleh penulis. Kisah tentang kehidupan dan kematian, tragedi serta kebahagiaan sejenis ini memang banyak terjadi di sekeliling kita. 

Lalu apa yang membuat kisah yang satu ini berbeda ? Karena Matt Logelin, sang penulis, terbiasa menulis kisah serta pengalaman hidupnya lewat blog. Dan para pembaca blognya serasa ikut serta terjun dalam kehidupan Matt. Terutama saat ia mencurahkan perasaan serta pikirannya selama mendampingi Liz di rumah sakit, menjelang kelahiran Maddy, hingga kematian Liz. Kehancuran hatinya, kehampaan yang dirasakan, niatnya untuk menghabisi nyawanya mengikuti Liz, hingga perjuangannya untuk bangkit dan menata satu demi satu kehidupannya demi makhluk mungil bernama Maddy. 

Matt & baby Maddy : 'just the two of us'source )
Untuk dapat membayangkan bagaimana pandangan Matt, inilah yang ditulis olehnya sebagai bagian ‘obituari’ Liz ...

Kehidupan dan kematian.
Dari momen terbahagia dalam hidup kami sampai ke yang tersedih.
Semuanya.
Hanya dalam waktu 27 jam.
Rasa sakitnya tak tertahankan.
Hancur bukan kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan kami.
Kerabat dan teman dari seluruh dunia datang ke rumah kami.
Menelepon.
Mengirim surel.
Menangis.
Setiap orang merasa sebagian diri mereka ikut mati bersama Liz.
Dia mencintai semua orang melebihi yang dapat kami bayangkan.
Dia meninggalkan kami dengan anugerah paling besar yang bisa dia berikan.
Seorang bayi perempuan yang sangat mirip dengan ibunya.
Dia akan menjadi yang pertama mengatakan bahwa segalanya baik-baik saja kelak.
Tolong cobalah untuk tidak menangis (kata si suami yang tak bisa berhenti meneteskan air mata)
Sebagai gantinya, pikirkan tentang Liz.
Ingatlah tawa itu.
Senyuman itu.
Cinta itu.
Aku tahu aku akan mengingatnya.
( from ‘Two Kisses fo Maddy’ by Matt Logelin | p. 164 - 165 )
Matt & baby Maddysource )
Dan setelah kematian Liz, Matt masih harus menjalani kehidupan yang sama sekali baru, bersama Maddy. Ia harus belajar menjaga serta merawat Maddy seorang diri. Meski banyak pihak menawarkan bantuan, namun Matt tetap berpegang bahwa Liz akan menghendaki dirinya berperan aktif dalam kehidupan Maddy sekaligus berusaha memasukan segala sesuatu tentang Liz pada Maddy, Matt harus berperan sebagai ayah sekaligus ibu bagi putri mungil mereka. 

Two Kisses fo Maddy ~ Japanese editionsource )


Lewat kisah ini tergambar pula bagaimana Matt harus mencari bantuan tentang cara-cara menangani bayinya, dan di luar dugaan, lewat blog pula ia menemukan kelompok orang-orang tak dikenal, yang nantinya akan menjadi pendukung, sahabat yang membantu segenap hati tanpa pamrih. Mulai dari pasangan lesbian hingga kaum wanita yang menamakan kelompoknya “CREEP” – yang selalu siap membela Matt dalam menghadapi orang-orang yang berpandangan negatif terhadap dirinya. Bantuan barang serta donasi pengumpulan dana dari mereka, yang pada akhirnya membuat Matt memiliki ide untuk melakukan ‘pay it forward’ dengan menyalurkan bantuan yang sama kepada siapa saja yang sebatang kara tanpa ada yang membantunya. 

Matt belajar memahami dirinya sendiri. Ia bahkan berhasil mengalahkan phobia-nya akan kebersihan yang membuatnya harus mencuci bersih tangan serta tubuhnya berkali-kali setelah makan, atau kegiatan lainnya. Namun ketika ia merawat Maddy, pada akhirnya ia belajar menerima setiap muntahan, kotoran yang dibuat oleh bayi mungilnya, setahap demi setahap, tanpa ketakutan untuk segera membersihkannya. 

“ Aku adalah seorang penggila kebersihan. Tapi anak-anak tidak bersih. Mereka mahkluk kecil kotor yang jorok, dan aku harus berdamai dengan fakta bahwa Maddy akan membuatku lengket, bersin ke arahku, dan menyeka ingusnya di seluruh tubuhku. Aku sedang memeluk Madeline pada suatu pagi, dan tanpa alasan yang jelas dia muntah. Ke sekujur tubuhku. Di sanalah aku berada, memeluk anak ini, dan pikiran pertamaku bukanlah meletakkannya lalu membersihkan diriku sendiri – yang pasti akan kulakukan sebelum dia lahir. Langsung saja kupastikan bahwa tak ada yang menghalangi jalan pernafasan putriku. Tubuhku penuh muntahan berwarna hijua, dan aku bahkan tidak peduli. Seandainya saja Liz ada di sana, dan menyaksikan kekacauan tersebut – dia pasti terpingkal-pingkal.” 
( from ‘Two Kisses for Maddy’ by Matt Logelin | p. 212 – 213 )
Matt & Maddysource )
Membaca baris demi baris, kata demi kata yang merupakan ungkapan kerinduan serta kesedihan sekaligus kasih sayang dan cintanya yang besar, tak mampu diungkapkan lebih lengkap lagi. Matt tak pernah melupakan besarnya kasih sayang Liz pada Maddy, sehingga ia selalu memberikan dua kecupan pada jarinya, yang kemudian disentuhkan pada dahi Maddy, itu adalah perwujudan dari ‘satu kecupan kasih dari Matt’ dan satu kecupan sayang dari Liz’ kepada Maddy....it’s ‘Two Kisses for Maddy’  

Tentang Penulis :
Matt Logelin, seorang suami yang kehilangan istri sekaligus ibu dari bayi mereka yang baru lahir, menuangkan curahan perasaannya lewat jurnalnya di blog, dan tulisan yang merupakan perjalanan hidupnya, telah menyentuh hati para pembacanya, hingga mencapai seantero dunia. 

Madeline 'Maddy' Logelinsource )
Kisah ini terus berlanjut karena Matt tidak mau menyerah pada kondisi buruk yang dihadapinya. Ia berjuang dengan susah payah menjadi seorang ayah sekaligus ibu bagi putrinya Maddy. Perjuangan Matt memperoleh dukungan maupun cemooh dari berbagai pihak. Namun pada akhirnya Matt tetap maju, menantang setiap halangan dan rasa takutnya, karena ia selalu teringat akan Liz, istrinya, yang semasa hidupnya merupakan pejuang ulet tak pernah mengenal rasa takut dan pantang menyerah jika sudah memperoleh suatu tujuan.  

Matt & Maddy Logelinsource )
Bersama sahabat serta keluarga, dibuatlah Liz Logelin Foundation – sebuah organisasi nirlaba yang menyalurkan dana serta bantuan pada orang-orang yang senasib dengan dirinya. Matt melakukan sesuatu yang berbeda demi mengenang kasih-cintanya pada Liz, dengan mencurahkan hidupnya pada Maddy serta menolong orang-orang yang terpuruk, kehilangan orang-orang terkasih mereka lewat organisasi tersebut, karena ia tahu bahwa itu yang akan dilakukan oleh Liz. 

Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang kehidupan serta aktifitas Matt serta Maddy Logelin, silahkan langsung kunjungi situsnya di :


Best Regards, 
* Hobby Buku * 

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...