Translate

Monday, August 26, 2013

Books "LOVE STORY"

Books “KISAH CINTA”
Judul Asli : LOVE STORY
Copyright © 1970 by Erich Segal
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Hendarto Setiadi
Cover Illustration by Bena NDR
Cetakan XII : Juni 2012 ; 216 hlm
Rate : 3 of 5

Oliver Barrett IV – putra tunggal dan keturunan terakhir keluarga Barrett yang memiliki kerajaan bisnis secara turun-temurun, namun justru sama sekali tidak tertarik dalam bisnis keluarga ataupun terlibat langsung dengan ayah maupun ibunya. Pemuda berusia 20 tahun, tampan dan menarik, sedang menjalani kuliah di Harvard demi cita-citanya menjadi ahli hukum yang hebat, suatu hari bertemu dengan sosok yang mampu menjungkir-balikan kehidupannya. Oliver tertarik dan jatuh hati pada Jenny Cavilleri – gadis menarik, cerdas sekaligus memiliki rasa humor tinggi dan sedang menempuh studi di bidang musik. 



Sekilas pandang, tidak ada kesamaan latar belakang maupun kegemaran diantara keduanya. Oliver menyukai bidang hukum, aktif sebagai atlet dan terbiasa hidup nyaman dalam lingkup yang cukup mewah. Jenny bukan saja cantik dan periang, ia sangat menyukai musik terutama klasik, dan berniat meneruskan pendidikan ke Paris setelah memperoleh beasiswa khusus. Oliver dari keturunan keluarga kaya raya di Boston, dan Jenny hanyalah putri tunggal seorang penjual roti dari Cranston, Rhode Island.  Oliver tak memiliki keyakinan khusus, sedangkan Jenny dibesarkan dengan ajaran sebagai gadis Katholik.
“Yang sangat kucintai pada diri Jenny adalah kemampuannya untuk melihat ke dalam hatiku, untuk memahami hal-hal yang tak pernah perlu kuucapkan.” [ p. 92 ]
Kisah cinta yang sempat menjadi ‘sorotan’ khalayak umum, terutama semenjak film adaptasinya yang dibintangi oleh Ryan O’Neal dan Alicia McGraw, menempati posisi teratas box office, dan masih masuk dalam daftar ‘the most romantic movie you must watch’ – terus terang menggugah rasa penasaranku untuk membaca bukunya. Karena versi aslinya terbit jauh sebelum diriku ‘terlahir’ di dunia ini, maka saat penerbit mengeluarkan edisi cetak-ulang ke-12 (WOWWW!!!) dengan desain sampul yang tak kalah manisnya, maka jadilah perjalanan kisah Oliver dan Jenny sebagai salah satu koleksiku. 

Di luar dugaan, atau bisa jadi karena ekspektasiku terlalu tinggi, kisah ini termasuk kategori ‘biasa’ , meski memang membuat air mata sedikit menetes menjelang endingnya. Mengapa kisah ini menjadi sangat fenomenal ? Well, mungkin karena pada era tahun 70-an tema ini belum banyak dilirik oleh penulis, namun kini kisah serupa bahkan cukup ‘pasaran’ telah merambah aneka kisah roman yang berujung pada sebuah tragedi. Dibandingkan dengan karya John Green misalnya, melalui The Fault of Our Stars yang cukup menggelitik dan menyentuh, maka penyajian kisah ini cukup ‘hambar’ – termasuk edisi filmnya, yang meski kusukai, harus diakui pada awal-awal kisahnya sangat datar dan nyaris membuatku tertidur. 

Secara keseluruhan kisah ini tentang pemberontakan pemuda dari keluarga kaya raya, yang hendak melakukan segala sesuatu yang bertentangan dengan tradisi dan warisan keluarganya, termasuk menikahi gadis dari keluarga miskin, yang membuatnya ‘dibuang’ dari daftar keluarganya. Sosok Oliver yang mungkin ditampilkan sebagai pemuda ‘heroik’ karena berjuang mengatasi kehilangan sosok yang dicintainya, terus terang justru tak mampu menimbulkan simpati pada diriku. Oliver justru melambangkan pemuda yang masih berpikiran bagai bocah cilik, dengan ‘egoisnya’ meraih segala Impian kehidupan sempurna yang dibayangkan dengan dalih meraih kesuksesan tanpa campur-tangan keluarganya. Padahal sosok yang berperan sangat besar dalam kesuksesan Oliver adalah Jenny, yang memiliki pilihan masa depan cerah, namun mengorbankan Impiannya demi menikah dan mendukung Oliver hingga Malaikat Maut menjemputnya.
“When our two souls stand up erect and strong,

Face to face, silent, drawing nigh and nigher,
Until the lenghthening wings break into fire ...
A place to stand and love in for a day,
With darkness and the death hour rounding it.”
~ a sonnet from Elizabeth Barrett | Jenny’s marriage proposal [ p. 121-122 ]
Gaya penulisan Erich Segal yang berupa penggalan-penggalan adegan antara Oliver dengan Jenny, atau Oliver dengan teman-temannya, Oliver dengan keluarganya, mungkin bisa cocok sebagai adegan film per episode, namun sebagai sebuah bacaan atau layaknya novel romansa, maka penggalan tersebut bagaikan memutus mata rantai yang menjalin emosi pembaca untuk lebih dalam merasakan perjalanan karakter Oliver maupun Jenny. Meski harus diakui sebagian dari dialog-dialog yang terjadi cukup menyentuh, namun secara keseluruhan terasa ada ‘sesuatu’ yang hilang di tengah-tengah perjalanan kisahnya. Bahkan perjalanan Jenny yang menderita kanker justru kurang mendapat sorotan lebih, karena penulis lebih fokus pada curahan perasaan dan pikiran Oliver. Ibarat sebuah adegan pembuka, maka nilai untuk tampilan cukup menarik, namun dalam proses ‘menikmatinya’ hingga akhir tiada kesan khusus yang mampu meninggalkan kenangan tersendiri bagi diriku sebagai ‘penikmat’ ...so far cukup 3 bintang!!

[ more about the author and related works, just check at here : Erich Segal | on Wikipedia | on Goodreads | on IMDb | Love Story (Movie) ]

Best Regards,

* Hobby Buku * 

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...