Translate

Saturday, January 9, 2016

[ 2016 | Review #03 ] : "QUEEN OF BABBLE GETS HITCHED"

Books “RATU NGOCEH NAIK PELAMINAN"
Judul Asli : QUEEN OF BABBLE GETS HITCHED
[ book 3 of QUEEN OF BABBLE Series ]
Copyright © 2008 by Meg Cabot, LLC
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Lucia Aryani
Editor : Bayu Anangga
Desain sampul : eMTe
Cetakan I : Oktober 2015 ; 384 hlm ; ISBN 978-602-03-2233-9
Harga Normal : Rp. 79.000,-
Rate : 3.5 of 5

Setelah menunggu selama 4 tahun (serius ini – lama banget) akhirnya ‘nongol’ juga buku ke-3 kisah kasih dan petualangan jungkir-balik Lizzie alias si Ratu Ngoceh. Dan ... diriku serius ‘lupa’ detil-detil kisah sebelumnya (baca ulang, errrr ... rasanya tidak ada minat deh), tapi ada satu hal yang kuingat jelas, ending buku kedua benar-benar bikin gregetan karena situasinya lumayan ‘weird’ dan membuatku bertanya-tanya, hendak dibawa kemana nih nasib Lizzie oleh penulis. So, after (so) long paused, kira-kira begitu deh jika diibaratkan sedang asyik-asyik menonton adegan seru, awal kisah ini dibuka dengan membuka ‘pintu’ adegan di mana pembaca (terutama diriku) dibuat bertanya-tanya apa yanga akan terjadi kemudian ...


Lizzie terbangun dan mendapati dirinya berada di tenpat tidur bersama Chaz !!! What ???? Seriously, what happen there ? Well, Lizzie sendiri tidak ingat jelas apa yang telah terjadi, hanya keduanya mabuk berat sepanjang pesta pernikahan kenalan mereka, dan keduanya saling meratapi nasib akibat ‘putus’ dengan kekasih masing-masing (masih ingat Shari dan Luke ?). Tapi tetap saja Lizzie merasa ada sesuatu yang janggal dan tidak bisa ia pahami sepenuhnya menyangkut pengalamannya bersama Chaz. Masih ‘hangover’ dan berusaha mencari jawaban yang tepat bagi situasi tersebut, mendadak muncul Luke yang hendak memberikan kejutan khusus (kejutan yang anehnya pakai kabar-kabari dulu). Singkat cerita, Luke (akhirnya) melamar Lizzie.

Lizzie dalam kebingungan besar. Harusnya ia bahagia kan, ini kan impiannya selama berhubungan dengan Luke. Tapi mengapa justru kabar gembira itu tidak sepenuhnya ia rasakan ? Terutama sikap Chaz yang membuatnya merasa bersalah (apalagi Chaz kan sahabat Luke, jauh sebelum Lizzie mengenal Luke), bahkan anehnya Shari juga tidak menyetujui tindakan Lizzie yang mengatakan ‘yes’ pada pinangan Luke. Kemudian bagai berada di atas roller-coaster, kehidupan Lizzie mengalami naik-turun saat rangkaian masalah demi masalah muncul mengusik ketenangan hati serta pikirannya. Dari niat Luke untuk tinggal dan bekerja di Prancis alih-alih meneruskan pendidikan dokternya.

Dan tepat saat karir Lizzie sebagai perancang gaun pengantin (tepatnya merombak gaun-gaun vintage) berada di puncak kesuksesan. Karya-karyanya mendapat sorotan publik bahkan pujian khusus dari Anna Wintour, Vogue. Klien dari kalangan atas dan selibriti pun berdatangan. Bom berikutnya datang saat pemilik toko dimana Lizzie bekerja, berniat menjual usahanya untuk menjalani masa pensiun penuh ketenangan di luar negeri. Duh, apa yang harus dilakukan oleh Lizzie, tatkala impian dan kerja keras yang selama ini ia jalani, nyaris memperoleh imbalan setimpal, halangan-halangan baru muncul menghadang langkahnya. Pilihan apa yang tersedia dan bagaimana Lizzie bisa memilih langkah yang benar bagi dirinya ....

Ahhh, klimaks dari perjalanan Lizzie ini bisa dikatakan berubah nyaris 180 derajat dari prediksi awal sebagaimana dituturkan pada buku pertama maupun kedua, walau ending buku kedua sedikit banyak memberikan ‘tanda-tanda’ adanya penyelewangan yang akan diambil oleh penulis. Anehnya, justru langkah tersebut mendapat persetujuan penuh dari diriku, bisa jadi karena penulis memberikan harapan lebih besar pada sosok Lizzie jika berani mengambil langkah perubahan tersebut. Berbeda dengan karakter Heather Wells, salah satu seri karya Meg Cabot pula, yang sangat kusukai, sifat dan kepribadian Lizzie tidak terlalu kusukai, justru para karakter pendamping tampil menarik dan memberikan hiburan tersendiri sepanjang kisah ini.

Dan sosok Luke yang digambarkan bagai ksatria berjubah putih yang datang menyelamatkan Lizzie (baca buku pertama), benar-benar berubah mendapati kebenaran watak dan sifat pria yang terbiasa hidup dalam kemudahan, bergemilang harta benda dan nyaris tidak terlalu memahami makna kerja keras atau kerja mati-matian memperjuangkan impian bagi masa depan. Mudah dikatakan, kali ini porsi Chaz menempati urutan pertama sebagai karakter favoritku. Tanpa terlalu memperhatikan rangkaian konflik berkepanjangan akibat ulah Lizzie, sekali lagi, kisah ini terasa sangat hidup berkat munculnya karakter-karakter lama (yang semula tidak terlalu diperhatikan) dan karakter-karakter baru yang membuatku mampu memberikan 3.5 bintang kisah ini.

Tentang Penulis :
Meg Cabot ( nama aslinya Meggin Patricia Cabot ), lahir di Bloomington, Indiana, Amerika Serikat pada tanggal 1 Februari 1967. Ia merupakan penulis Amerika yang sangat produktif dalam menulis dan telah menghasilkan lebih dari 50 judul buku. Karyanya yang terkenal diantaranya seri The Princess Diaries, yang telah diangkat ke layar lebar oleh Walt Disneys Pictures dengan judul yang sama. Kemudian seri Mediator  tentang remaja yang memiliki kemampuan supranatural, serial detektif lewat Heather Wells Mystery, serangkaian chicklit, historical romance dan tentu saja seri Underworld yang merupakan adaptasi dari kisah Mitologi Yunani yaitu Persephone yang diculik oleh Hades – dewa penjaga gerbang kematian, dan dipaksa menemaninya tinggal di Underworld. Meg Cabot telah memperoleh banyak penghargaan atas karya-karyanya, hingga kini buku-bukunya terjual lebih dari 15 juta kopi, dan ia masih tetap giat menulis sampai kapan pun ...

 more about the author & related works, just check at here : Meg Cabot | on Goodreads | on Wikipedia | on IMDb  ]

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...