Translate

Tuesday, January 19, 2016

[ 2016 | Review #18 ] : "DANCE OF SEDUCTION"

Books "TARIAN CINTA"
Judul Asli : DANCE OF SEDUCTION
[ book 4 of SWANLEA SPINSTERS Series ]
by Sabrina Jeffries
Copyright © 2003 by Deborah Martin
Penerbit Dastan Books
Alih Bahasa : Shanty Marhen
Editor : Nur Asiah
Desain sampul : jemb8@yahoo.com
Cetakan I : Januari 2012 ; 488 hlm ; ISBN 978-602-9267-64-8
Harga Normal : Rp. 60.000,-
Rate : 4 of 5

Usia membaca ‘After The Abduction’ yang sangat mengecewakan, nyaris tidak ada keinginan untuk meneruskan serial ini, apalagi tokoh utama dalam kisah ini tidak lain adalah Morgan Pryce – saudara kembar Sebastian yang juga menjadi ‘kambing hitam’ menyangkut nasib Juliet Laverick (baca : A Notorious Love dan After The Abduction). Tetapi bukan kebiasaanku untuk menyerah sebelum terbukti bahwa kisha ini akan mengalami hal serupa dengan buku sebelumnya. Dan syukurlah, bisa kukatakan di depan, bahwa keputusan yang kuambil sangat tepat, karena buku ke-4 dari Swanlea Spinsters ini justru jauh lebih menarik dibandingkan ketiga buku sebelumnya.


Kapten Morgan Pryce menjalankan misi rahasia dari Lord Spencer Law – Viscount of Ravenswood, sekaligus atasannya di Departemen Dalam Negeri, yang membuatnya harus menjadi penadah barang curian melalui toko di kawasan kumuh Spitalfields, London. Tugasnya adalah melacak keberadaaan otak pelaku pencurian uang yang dijuluki Specter yang telah membuat resah pihak berwenang. Jaringan Specter cukup luas dan semakin berkembang, seiring dengan kesulitan untuk menangkap sosok yang sama sekali tidak diketahui secara jelas identitasnya. Satu-satunya petunjuk, Specter diyakini tinggal dan mengawasi operasinya secara langsung di kawasan Spitalfields.

Morgan telah terbiasa dan bisa dikatakan cukup ahli sebagai mata-mata atau berperan sebagai pelaku kriminal. Sayangnya, kali ini misinya terancam bahaya, akibat campur-tangan pihak lain yang mengusik proses ‘penyamaran’ Morgan sebagai penadah gelap barang-barang curian. Gangguan itu bernama Lady Clara Stanbourne – wanita yang sangat menarik yang mengelola Rumah Reformasi Pencopet Stanbourne, yang secara kebetulan berada tepat bersebelahan dengan toko tempat penyamaran Morgan baru dibuka untuk memperluas jaringan informasi dan menjerat Specter. Clara sangat geram saat mengetahui pria misterius yang baru ia kenal ternyata merupakan penadah barang-barang curian, yang akan berpengaruh buruk bagi anak-anak asuhnya.

Kehidupan London sangat berat dan Spitalfields sebagai sisi kota yang miskin dan kumuh, bukanlah tempat yang tepat bagi masa depan anak-anak miskin, terlantar dan sebagian besar idup sebatang kara pada usia sangat muda. Lady Clara bisa jadi dilahirkan sebagai kaum bangsawan, namun kedua orang tuanya telah memberikan pengajaran dan warisan untuk senantiasa berbelas kasih dan turun langsung membantu mereka yang membutuhkan. Anak-anak asuhnya adalah anak jalanan yang mencari nafkah dengan mencuri dan mencopet, kehidupan yang penuh bahaya dan tanpa masa depan. Misinya untuk membentuk mereka agar menempuh jalan yang benar, sudah cukup sulit tanpa adanya toko penadah yang beroperasi tepat di sebelah pantinya.

Karakter Morgan Pryce yang ‘dipinjam’ namanya dalam dua buku sebelumnya, ternyata sesuai dengan imajinasiku (yang mungkin juga penyebab mengapa diriku kurang menyukai Sebastian – saudara kembar Morgan) – sosok pria yang berjuang semenjak kanak-kanak (kisah perjalanan ibunya yang membawa lari Morgan dari suami serta putra kembar lainnya bisa diketahui melalui buku sebelumnya), kegemarannya menantang bahaya yang menyebabkan dirinya direkrut menjadi mata-mata untuk menyusup ke wilayah-wilayah rawan kejahatan. Nyaris semenjak awal, kisah ini menjanjikan petualangan seru nan menegangkan, dan tentu saja selubung misteri menyangkut karakter antagonis yang dijuluki Specter – menambah daya tarik kisah ini.

Bahkan kehadiran sosok Lady Clara serta anak-anak asuhnya, didampingi bibi cerewet yang memiliki anjing-anjing menggemaskan, merupakan perpaduan yang terasa ‘pas’ dengan adegan kejahatan di kawasan kumuh kota London. Dari tiga karakter wanita sebelumnya, Clara Stanbourne merupakan favoritku karena ia berani mengungkapkan pikiran sekaligus mengambil langkah-langkah sesuai keyakinannya, walau hal tersebut termasuk menantang bahaya, berhadapan dengan pria penadah barang curian (sosok Morgan yang besar lumayan mengintimidasi), mengejar anak asuhnya yang terlibat kasus kriminal, dan tentu saja berhadapan langsung dengan tokoh kriminal paling dicari seantero kota London. 4 bintang untuk kisah ini (^_^)

[ more about this author & related works, just check at here : Sabrina Jeffries | on Goodreads | on Wikipedia ]

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...