Translate

Wednesday, January 27, 2016

[ 2016 | Review #25 ] : "NEGERI PARA ROH"

Judul Asli : NEGERI PARA ROH
Copyright © by Rosi L. Simamora
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Editor : Harriska Adiati
Proofreader : Dini Novita Sari
Lay-out : @bayu_kimong
Ilustrasi sampul & isi : Rosi L. Simamora
Lay-out sampul : Eduard Iwan Mangopang
Foto : Judi Roberts Efendis Dadana
Cetakan I : Desember 2015 ; 288 hlm ; ISBN 978-602-03-2113-4
Harga Normal : Rp. 60.000,-
Rate : 3.5 of 5
“... setiap perjalanan memang seperti sihir yang dapat mengubah siapa pun.”
Saat pertama kali mendengar judul buku ini, jujur yang terbayang dalam benakku ini adalah sajian kisah fantasi yang menggugah rasa ingin tahuku, karena Rosi L. Simamora lebih kukenali sebagai penerjemah beberapa buku favoritku (dan hasil terjemahannya pun bagus). Namun setelah mendapat ‘sedikit’ bocoran dari salah satu proofreader buku ini, rasa penasaran berubah menjadi keingin-tahuan yang lebih besar, karena kisah ini ternyata di-inspirasi dari kisah nyata Dody Johanjaya – salah satu penggerak tim program Jejak Petualang. Di sisi lain, ada sedikit keraguan untuk mengetahui kisah ini, apalagi menyangkut peristiwa kecelakaan kapal yang membuat awak-awaknya terapung-apung di tengah lautan sekian lama ... duh, salah satu ketakutanku terbesar adalah tenggelam atau berada di tengah samudra luas seorang diri #sereeembangettt 6(-__-)9


Setelah berusaha ‘menguatkan’ diri plus karena rasa penasaranku lumayan besar, akhirnya kumulai membaca buku dengan desain sampul yang menarik pula (ternyata ilustrasi sampul hasil karya mbak Rosi juga lho). Awal pembuka dimulai dengan catatan penulis, sesuatu yang agak berbeda, biasanya catatan selalu diletakkan pada bagian akhir buku. Melalui catatan ini, penulis memberikan latar belakang serta kronologis terbentuknya kisah Negeri Para Roh. Dari awal pesan Doddy Johanjaya yang menanyakan apakah beliau tertarik untuk menulis kisah berdasarkan kecelakaan longboat tim Jejak Petualang di Laut Arafuru pada tanggal 6 Juni 2006 yang berlanjut pada pertemuan demi pertemuan, wawancara sekaligus survey langsung ke Timika untuk melakukan interaksi dengan penduduk Asmat. Proses terwujudnya novel ini ternyata harus melalui jalan berliku, lebih dari setahun sebelumnya akhirnya Negeri Para Roh terlahir secara utuh.
“ ... Jangan khawatir tentang hari esok, karena hari esok memiliki kesusahannya sendiri ...”
Kisah ini tentang petualangan lima orang kru sebuah stasiun televisi yang baru selesai membuat salah satu episode di Agats dan hendak kembali ke Timika sebelum bertolak ke Jakarta. Mereka adalah Senna, Totopras, Sambudi, Bagus dan Hara – satu-satunya wanita dalam tim sekaligus anggota terbaru yang baru pertama kali ikut dalam tim lapangan. Keberangkatan mereka menggunakan longboat pada tanggal 6 Juni 2006 dengan perkiraan cuaca cerah dan perjalanan lancar, ternyata harus berhadapan dengan kekuatan alam yang mengerikan. Menjelang tengah hari, mendadak lautan berubah menjadi ganas hingga kapal mereka terbalik. Senna, Totopras, Sambudi dan Hara berhasil berkumpul dan berpegangan pada dry box berukuran 50 cm, sedangkan Bagus bersama Luky, Yunus dan Agus bertahan pada longboat yang terbalik. Arus laut yang ganas memisahkan dua kelompok manusia, terombang-ambing di samudra luas.

Fakta di balik tragedi yang menimpa tim Jejak Petualang pada tanggal 6 juni 2006 sehingga menyebabkan hilangnya salah seorang anggota tim beserta 3 orang awak kapal yang tidak diketahui nasibnya hingga buku ini terbit, ternyata bukan fokus utama penulis untuk sajian kisah Negeri Para Roh. Ketakutanku akan gambaran mengerikan tentang korban-korban yang terdampar di tengah lautan, menempati porsi yang kesekian, karena alih-alih menitik-beratkan pada kesedihan dan kehilangan serta ketakutan yang membayangi benak akibat peristiwa itu, penulis mengajak pembaca untuk menghayati dan menyelami makna kehidupan yang tersirat pada perjalanan setiap tokoh dalam kisah ini. Senna – tokoh pemimpin yang dipercaya oleh segenap anggota, selalu melangkah paling depan dan berpikir positif, harus berjuang mengatasi rasa bersalah akibat kehilangan anggota tim, walau semua yang terjadi merupakan kuasa Tuhan.
“... Ia hanya mempertanyakan di manakah posisi Tuhan dalam hal ini; Tuhan yang konon menguasai segalanya, dan lebih besar daripada kekuatan apa pun di semesta nana pun. Apakah Tuhan sungguh-sungguh ada? Mengapa Ia membiarkan hal itu terjadi? ...”
Totopras – sahabat karib Senna, pria yang lebih percaya takhayul, hal-hal mistis dan supranatural, selalu pesimis dan cenderung negatif pada setiap situasi, berubah sepenuhnya usai tragedi dan memiliki keyakinan teguh akan kuasa serta kehendak Tuhan. Pasrah bukan berarti menyerah melainkan berseraj pada kehendak Yang Kuasa dan menerima apa pun yang terjadi – sebuah kepercayaan yang sulit dijalani, muncul saat kematian didepan matanya. Sambudi dan Hara, yang senantiasa berselisih karena kebencian ‘aneh’ yang muncul dari diri Sambudi terhadap Hara, mengalami proses panjang dan penuh onak-duri untuk membuka hati serta pikiran, apa sebenarnya ada dalam hati masing-masing. Dan sebagai benang merah kisah ini, sosok Bagus yang hilang, ditampilkan sebagai penengah dalam konflik dan gejolak yang terjadi dalam timnya. Bagus bukan pemimpin atau yang lebih tua atau yang lebih muda dalam kelompoknya.

Namun ia memiliki keceriaan dan sikap ‘welas-asih’ yang mampu bertegang rasa pada pribadi yang berbeda-beda. Kehilangan Bagus sangat terasa bagi yang pernah mengenal dan dekat dengan dirinya, namun kenangan akan setiap perbuatan dan kata-katanya membekas dalam hati, bahkan jauh usai ‘kematiannya’ perlahan direlakan oleh sebagian dari mereka. Dengan latar belakang kehidupan penduduk Asmat, lokasi terpencil yang membuat mereka hidup serba kekurangan dan sangat minimalis dalam segala hal, bertolak belakang dengan keceriaan, keyakinan serta kepercayaan yang mereka jalani setiap hari. Bahwa alam semesta yang ada di sekelilingnya merupakan perwujudan nyata ‘sosok’ yang ditakuti, disegani dan dihormati melalui takhayul, mitos dan legenda, pengakuan adanya kekuatan serta kuasa di luar manusia. Ini adalah kisah yang manis, menyentuh dan meninggalkan ‘bekas’ tersendiri usai membacanya ...
“Tak seorang pun ingin dilupakan. Itu sebab manusia mengabadikan jejaknya pada segala sesuatu yang pernah disentuhnya. Menulis buku. Menjadi penemu. Menjadi kekasih. Memimpin bangsa besar, bahkan yang meninggalkan trauma sekalipun seperti Hitler. Atau sekedar mencorerkan nama di toilet umum pom bensin. Apa saja. Meninggalkan jejak. Diingat. Karena bagaimanapun, di dasar keberadaannya manusia sadar benar tentang ketidakabadiannya.”
~ Tokoh Di Balik Kisah ~
Rosi L. Simamora, awalnya ia dikenal sebagai penyunting dan penerjemah, sambil sesekali menulis cerpen di waktu senggang. Baru sejak 2012 akhirnya ia memilih fokus menjadi penulis. Ia menulis apa saja, mulai dari buku anak hingga novel dewasa, biografi, novelisasi skenario film, bahkan menjadi ghostwritter. Tenggang waktu yang sempit tak pernah jadi penghalang, juga hal-hal baru selalu disambut penuh semangat. Kini perempuan Sagitarius yang tergila-gila pada Pinterest dan senang travelling ini sedang menekuni bisnis baru yang datang dari hobinya menggambar dan bermain warna. Ia hidup senang bersama 4 laki-laki Siagian, 4 doggy, 1 kura-kura, 2 landak albino, dan 1 tokek cerewet. Negeri Para Roh adalah novel ketiganya. Dua karya terbitan Gramedia Pustaka Utama lainnya Secret Love (Teenlit) dan A Beautiful Mess (Metropop) tersedia di toko-toko buku.

[ Info selengkapnya silahkan berkunjung di sini : Goodreads | Twitter | Facebook | Surel ]

[ source ]
Dody Johanjaya, pria asal Cirebon ini sangat menggilai petualangan. Setengah usianya dihabiskan untuk bertualang. Pendidikan Parmuka di SD hingga SMA, yang dilanjutkan dengan bergabung di Mapala Universitas Indonesia (Mapala UI), telah menempanya menjadi petualang tangguh. Bukan hanya satu kali ia berkeliling Indonesia menjelajahi berbagai obyek wisata serta lokasi petualangan luar biasa dan eksotik di pedalaman Kalimantan, Flores, Sulawesi, Sumatra, Papaua, dan lain-lain. Kecintaannya pada dunia petualangan dan alam serta budaya masyarakat tradisional Indonesia mendapat penyaluran ketika ia bersama timny menciptakan program Jejak Petualang. Keinginannya hanya satu, agar masyarakat Indonesia lebih mencintai Tanah Air, karena keindahan alam, keanekaragamam budaya, dan keunikan masyarakatnya tidak ada duanya di seluruh dunia.

[ Info selengkapnya silahkan berkunjung di sini : Situs Resmi | Blog | TwitterFacebook | Surel ]

[ source ]
Bagus Dwi, yang namanya diabadikan sebagai salah satu karakter dalam kisah ini, adalah anggota tim Jejak Petualang yang hilang dalam tragedi 6 juni 2006, bersama dengan tiga awak longboat asal Agats, Kabupaten Asmat, dan belum diketemukan hingga buku ini terbit. Bagus adalah camerawan tim Jejak Petualang, dikenal sebagai pekerja keras dan profesional, karyanya berupa gambar-gambar fenomenal, membuat program Jejak Petualang dikenal luas dan melegenda. Walau karakter kisah ini merupakan hasil imajinasi penulis, esensi sosok Bagus Dwi menjadi ‘roh’ tersendiri yang membuat kisah ini sedemikian nyata bagi pembaca.

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...