Translate

Thursday, January 28, 2016

[ 2016 | Review #28 ] : "DARK ROAD TO DARJEELING"

Books  "BAYANGAN KELAM MENUJU DARJEELING"
Judul Asli : DARK ROAD TO DARJEELING
[ book 4 of LADY JULIA Series ]
Copyright © 2007 by Deanna Raybourn
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Shandy Tan
Editor : Intari Diyah Pramudita
Desain sampul : Marcel A.W.
Cetakan I : Mei 2015 ; 496 hlm ; ISBN 978-602-03-1527-0
Harga Normal : Rp. 75.000,-
Rate : 4 of 5

Lady Julia Grey akhirnya meninggalkan statusnya sebagai janda Edward Grey dan menikah (secara kilat) dengan Nicholas Brisbane. Dalam perjalanan panjang pesiar ke wilayah Mediterania sebagai bulan madu, tiba-tiba Portia Lady Bettiscombe dan Eglamour ‘Plum’ March, dua kakak Julia muncul di hotel tempat pasangan Brisbane tinggal selama di Kairo, Mesir. Kedatangan mereka (lebih tepatnya Portia) untuk meminta bantuan agar baik Julia dan Brisbane menemani perjalanan mereka ke Darjeeling, India. Tujuannya untuk membantu Jane – kekasih Portia yang memilih putus karena ingin memiliki anak dari kandungannya. Jane ternyata menikah dengan Freddie Cavendish – salah satu dari sekian banyak sepupu keluarga March, dan ia memilih tinggal di estat warisan kakeknya Darjeeling,  India.


Pernikahan itu tidak lama, karena Freddie tiba-tiba meninggal dunia. Portia mencurigai bahwa Freddie dibunuh, dan karena khawatir dengan kondisi Jane yang sedang hamil, harus berurusan dengan masalah warisan keluarga Cavendish yang akan jatuh ke tangan kerabat dekat Freddie, kecuali bayi yang dikandung Jane terlahir sebagai laki-laki. Kejutan menanti kedatangan mereka di Darjeeling, karena salah satu tetangga keluarga Cavendish adalah Lucy dan Emma Phipps – dua bersaudari, sepupu jauh keluarga March, yang dicurigai terlibat dalam kasus pembunuhan di kediaman March saat perayaan Natal (baca : Silent In The Sanctuary). Tuduhan dan bukti yang memberatkan tidak pernah berhasil dilakukan, karena mereka ‘keburu’ meninggalkan March House tepat setelah kabar pertunangan hingga pernikahan kilat antara Lucy dan Sir Cedric Eastley berlangsung. Dan beberapa minggu kemudian Sir Cedric dikabarkan wafat akibat stroke.
“Sebelum kau mengalami sendiri perjalanan hidup Brisbane dan mempertimbangkan persoalan ini dari sudut pandangnya, kau tidak akan pernah memasuki dunianya sepenuhnya. Dan jujur saja, misalnya aku seorang profesional, lalu seorang amatir iseng-iseng yang suka mencampuri urusan orang mengira dia mampu melakukan pekerjaanku semahir kemampuanku, aku pasti akan sangat geram!”
Sementara Portia sibuk mengurus Jane, maka Julia menjalankan misinya melalukan penyelidikan seputar kematian Freddie. Alasan kuat Julia bertekad menemukan jawaban, juga disebabkan rasa jengkel karena Brisbane menolak ikut serta dalam aksi ‘perburuan’ Julia dan alih-alih mengikuti rombongan ke Darjeeling, ia tetap tinggal di Calcutta dengan alasan jasanya dibutuhkan oleh sang Maharaja. Terbiasa senantiasa ‘direcoki’ oleh Brisbane, kini Julia bebas menentukan pilihan serta metode penyelidikan, dan ia bertekad membuktikan kemampuannya sebelum kedatangan Brisbane ke Darjeeling. Namun tugas kali ini ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Satu-satunya orang yang ia curigai terlibat dalam kematian orang lain, hanya Emma Phipps – terutama atas kematian Sir Cedric Eastley yang sangat mendadak, menjadikan Lucy janda terhormat dengan gelar dan kekayaan, dan hal ini sama sekali tidak berhubungan dengan Freddie.
“Brisbane profesional dengan reputasi luar biasa dan banyak pengalaman. Dia membangun kariernya sendiri hanya dengan bekal kecerdikannya, dan meskipun hampir semua kenalan kita menyesalkan kenyataan itu, aku sendiri menghargai Brisbane karenanya. Kau tahu asal-usulnya – kau sudah bertemu kerabatnya, kau sudah melangkahkan kakimu ke pemukiman Gipsi. Saat ayahnya menelantarkan mereka, Brisbane dan ibunya tidak punya apa-apa. Dia minggat lalu membentuk dirinya menjadi sosoknya yang sekarang ini tanpa bantuan siapa pun.”
Maka Julia harus ‘menebar jala’ lebih besar, memperluas daftar tersangka. Dari kerabat Freddie yang masih ada, mulai Mrs. Amelia Cavendish – bibi Freddie yang berperan sebagai pengganti Freddie dalam mengatur rumah tangga, Harry Cavendish – sepupu Freddie yang merupakan ahli waris seandainya bayi Jane bukanlah laki-laki, hingga para pelayan rumah tangga yang ternyata memiliki hubungan lebih erat (dan rahasia) dengan keturunan Cavendish. Sedangkan tetangga mereka, selain Lucy dan Emma di Pine Cottage, ada biara buddha yang ditinggali pria tua eksentrik dengan julukan White Rajah. Pendeta Geoffrey Pennyfeather dengan Cassandra – istrinya yang memiliki pembawaan unik, berjiwa sangat bebas karena berasal dari Amerika, dengan kedua anak mereka, Primrose – gadis remaja yang kikuk serta Robin – bocah yang memiliki kegemaran meneliti alam bebas dan mengumpulkan koleksi aneka makhluk aneh.
“Apa pun yang sudah diselesaikan oleh Brisbane, apa pun yang sudah dia raih, itu menjadi pembuktian dirinya. Dia, lebih dari siapa pun yang pernah kukenal, telah menciptakan takdirnya sendiri. Brisbane itu baja, Julia, yang ditempa api. Aku mengaguminya untuk itu, tetapi aku tidak pernah melakukan kekeliruan dengan mengira aku bisa setara dengannya hanya karena aku pintar dan mampu mengamati.”
Seperti kasus-kasus sebelumnya, kali ini Julia harus memecahkan misteri di balik kematian Freddie yang dicurigai sebagai pembunuhan. Sayangnya tidak ada bukti kuat mendukung dugaan tersebut, dan peristiwa itu terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Maka Julia harus melakukan metode ala Hercule Poirot, menyelidiki lewat orang-orang yang berada dalam lingkup pergaulan Freddie dan menggali ingatan mereka sepanjang kurun waktu periode sebelum dan sesudah Freddie meninggal. Jika saja Papa Poirot ada di samping Julia, bisa jadi ia ‘berceramah’ tentang metode Julia yang kurang sistematis dan terlalu memikirkan emosi dan romantisme, persis seperti cara Hastings hihihi. Metode Poirot lebih banyak digunakan oleh Brisbane, walau ia lebih kekar, tangguh, dan seksi, bisa dikatakan Brisbane perpaduan antara Poirot-Sherlock Holmes-Lupin (oyaaa...ia bisa cukup licik dalam kasus-kasus tertentu).
“Kau hanya melihat secuil bahaya dan sesuatu yang menggugah minatmu, lalu berpikir kau akan senang menyimpan hal itu untuk dirimu sendiri. Namun, kau mesti membuka matamu untuk melihat keseluruhan. Pada rasa jemu, kerja keras, serta dedikasi yang dibutuhkan untuk itu. Kau tidak boleh bermain-main jadi detektif, Julia. Itu sangat merendahkan pekerjaan orang yang melakukannya secara serius.”
Nah, dari sisi misteri, lumayan banyak ‘tipuan-tipuan’ yang mengarahkan pembaca pada jalur tersangka yang salah (walau sebenarnya mereka juga ‘bersalah’ dalam kasus yang berbeda), menjamin penggemar misteri harus sedikit bersabar dan memutar otak untuk mengetahui pelaku sebenarnya. Sedangkan untuk unsur pengembangan karakter menyangkut hubungan Julia dan Brisbane, dalam buku sebelumnya telah terungkap sebagian selubung misteri masa lalu Brisbane, namun hal ini tidak membuat perselisihan paham antar keduanya berakhir begitu saja. Mengingat keduanya sama-sama keras kepala (baca : terkadang suka menang sendiri), komunikasi antar keduanya pun sedikit terhambat. Untunglah ada sosok yang bisa memberikan pengarahan, yang membuatku takjub justru nasehat keras datang dari Portia, yang biasa digambarkan memilih berkelakuan seenaknya.
“Bagimu ini permainan. Bagi Brisbane ini mata pencaharian, dan kaum lelaki dimaknai dengan hal-hal semacam itu. Arti seorang perempuan berasal dari siapa dirinya, sedangkan arti seorang lelaki berasal dari apa dirinya. Sejak dulu sudah begitu.”
Kisah ini berawal cukup datar dan nyaris tidak ada intensitas atau suasana mencekam hingga menjelang pertengahan. Justru mednekati akhir, serangkaian kejutan demi kejutan bermunculan, mengungkap bahwa dibalik sebuah rahasia tersimpan skandal mengerikan dan dibalik hal itu masih menyisahkan konspirasi hasil pemikiran otak kriminal yang tak kalah menakutkan. Seperti rata-rata novel karya Agatha Christie (maaf sekali lagi mengacu pada karya beliau, walau jujur lumayan banyak ‘kemiripan’ di sana-sini) bahwa kejahatan yang nyaris sempurna justru acapkali terjadu bukan di tengah kota besar melainkan di sudut bagian desa yang tampak tenang, damai dan sepi. Berarti otak-otak kriminal terbaik juga banyak ditemui di lokasi seprti ini ya...hmmm, untung diriku hidup di kota besar hahahaha. Yang jelas, sekali lagi penulis mampu membuatku semakin terpikat dengan serial Lady Julia dan partner in crime Nicholas Brisbane (^_^)

[ more about the author & related works, just check at here : Deanna Raybourn | on Goodreads | on Wikipedia | at Twitter | at Facebook ]

Best Regards,

@HobbyBuku


No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...