Translate

Sunday, March 13, 2016

[ 2016 | Review #41 ] : "UNLAWFUL CONTACT"

Books “KONTAK ILEGAL”
Judul Asli : UNLAWFUL CONTACT
[ book 3 of I-TEAM Series ]
Copyright © 2008 by Pamela Clare
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Rahmani Astuti
Editor : Maria Lubis
Desain sampul : Eduard Iwan Mangopang
Cetakan I : Maret 2016 ; 568 hlm ; ISBN 978-602-03-2549-1
Harga Normal : Rp. 89.000,-
Rate : 4 of 5

Sophie Alton  berjuang sangat keras demi mendapatkan posisi jurnalis Team Investigasi Denver Independent, surat kabar besar di Colorado. Ia menghabiskan waktu dan tenaga untuk pekerjaan, yang juga menjadi sumber pemasukan untuk menyokong biaya sekolah adiknya. Ia dan David menjadi yatim-piatu saat pengemudi mabuk merenggut nyawa kedua orang tuanya. Dari kehidupan serba mewah dan berkecukupan, mereka pindah ke kota kecil Grand Junction, Colorado untuk tinggal bersama sang nenek, yang membesarkan mereka dengan kasih sayang sekaligus disiplin tinggi.


Sophie tidak pernah melawan atau melanggar peraturan yang ditetapkan oleh neneknya. Dengan perkecualian pada tanggal 9 juni 1996, tepat di usia ke-16, saat ia menyerahkan ‘miliknya’ pada pemuda yang menawan hatinya sekian lama, hanya untuk ditinggalkan keesokan harinya karena ia berangkat mengikuti pendidikan militer. Pemuda yang selalu menjadi kenangan khusus sepanjang kehidupan Sophie, tetap menjadi rahasia pribadi yang berusaha ia lupakan. Walau tanpa sadar, Sophie senantiasa membandingkan pria-pria yang hadir di kehidupan barunya dengan “dia”...

Dua belas tahun kemudian, sebagai jurnalis yang patut diperhitungkan, Sophie sedang mempersiapkan wawancara khusus tentang sosok Megan Rawlings – pecandu narkoba yang berhasil menjalani masa tahanan dan masa pemulihan, dan hendak dipertemukan kembali dengan bayinya, yang terpaksa ia serahkan ke badan sosial saat ia melahirkan dalam tahanan. Namun hari itu justru berubah menjadi awal mimpi buruk Sophie. Dimulai dari hilangnya Megan yang melarikan bayinya, Emily yang berusia 7 bulan. Situasi semakin buruk kala ditemukan narkoba dalam jumlah besar di tempat Megan.

Keinginan Sophie untuk membantu Megan sangat besar dan ia sama sekali tidak memiliki petunjuk penyebab perubahan perilaku yang terjadi pada Megan. Maka ketika sebuah kisikan menyebutkan ada kemungkinan kakak tiri Megan yang sedang masa tahanan seumur hidup, bersedia untuk menerima wawancara tentang Megan, Sophie segera mengambil tindakan untuk bertemu dengan narasumber walau harus memasuki penjara. Tiada yang pernah menduga apa yang terjadi selanjutnya. Bahwa narasumber ternyata tahanan berbahaya, yang menyandera Sophie agar bisa keluar dari tahanan.

Marc Hunter – kakak tiri Megan Rawlings ternyata juga pria yang telah merebut hati Sophie 12 tahun silam. Perjalanan kehidupan Marc sekilas tampak normal, dari mengikuti pendidikan militer hingga menjalani misi-misi perang, dan karirnya melejit saat ia memutuskan bergabung sebagai agen DEA. Namun catatan hitam mencoreng sejarah hidupnya, tatkala ia didakwa membunuh John Cross – sesama agen DEA, dalam usaha menyembunyikan keterlibatannya di transaksi sekaligus penyimpanan heroin dalam jumlah besar. Ia telah menjalani masa tahanan 6 tahun, sebelum bertemu Sophie.

Sophie dihadapkan pada pilihan sulit, manakala mengetahui jati diri Marc Hunter. Pengakuan Marc bahwa ia tidak akan menyakiti Sophie, selain memanfaatkan dirinya untuk keluar dari tahanan, karena ia sangat mengkhawatirkan nasib Megan beserta bayinya, tidak membuat perasaan Sophie lega. Bahkan ketika Marc menepati janji, melepas Sophie sebelum lenyap dalam persembunyiannya, Sophie masih memiliki ‘tanda tanya’ tentang sosok Marc Hunter dan mengapa baru ‘muncul’ duabelas tahun kemudian dalam situasi yang berbahaya ...

Interogasi yang dilakukan pihak berwajib untuk mencaritahu keberadaan Hunter, membuat Sophie sengaja ‘menyimpan’ beberapa hal bagi dirinya sendiri. Hanya Julian Darcangelo – suami Tessa, mantan rekan Sophie di I-Team, yang kini menjabat sebagai detektif di Kepolisian Denver, mencurigai perilaku Sophie. Situasi terlihat mulai mereda walau tiada titik jelas tentang keberadaan Megan dan Emily, maupun Marc Hunter. Hingga serangkaian peristiwa membuat Sophie kembali menjadi sorotan publik. Namun bukan sebagai korban sandera, melainkan tersangka yang menyimpan narkoba.

Dibandingkan kisah sebelumnya, kali ini penulis tidak terlalu menonjolkan sisi aktif para pelaku dalam mengungkap misteri, bisa jadi karena status Hunter maupun Sophie, diburu oleh kedua belah pihak, baik pihak berwajib maupun dalang dibalik muslihat yang membuat tokoh-tokoh utama dalam kisah ini menjadi tersangka di mata hukum. Selain itu, pribadi Sophie bertolak belakang dengan Tessa yang temperamental. Maka suasana panas yang terjadi lebih banyak akibat adegan super hot alih-alih perselisihan yang dialami oleh Tessa maupun Julian.

Mengapa kusinggung Tessa dan Julian, pertama, mereka merupakan tokoh favoritku sejauh ini, dan kedua, mereka juga muncul sebagai pendamping dalam kisah ini, terutama Julian yang terlibat langsung pencarian Sophie maupun Hunter. Kekurangan dalam sisi misteri dan suspense, mampu dialihkan pada rangkaian adegan panas (mungkin karena Hunter sudah bertapa sekian tahun dalam masa tahanan hahahaha), ditambah dengan terungkapnya penyebab Hunter terlibat dalam masalah 6 tahun silam.

Selain mengangkat dunia kotor dibalik penyelidikan narkoba, yang melibatkan tidak sedikit oknum hukum yang korupsi dan perdagangan gelap, kisah ini juga merujuk pada kelemahan DOC (Department of Correction) atau Lembaga Pemasyarakatan yang memperlakukan para tahanan dengan cara-cara yang mengerikan. Melalui karakter Megan Rawlings maupun Marc Hunter, penulis menunjukkan contoh korban sistem dan hukum yang justru  menjerumuskan dirinya, alih-alih membuat kondisinya lebih baik. Hunter yang mantan agen DEA, berada pada posisi serba sulit di pihak manapun.

Sedangkan Megan, penderitaannya dimulai akibat kedua orang tua asuh yang mengerikan hingga kasus pemerkosaan beramai-ramai yang dilakukan para sipir pada tahanan dibawah umur, yang membuatnya trauma berat pada usia 15 tahun. Sayangnya hal-hal ini hanya menjadi latar belakang kisah yang lebih fokus pada perkembangan hubungan antara Sophie dan Hunter. Bukan berarti kisah ini jelek, hanya saja tema seperti ini seharusnya bisa dieksplorasi lebih dalam. Secara keseluruhan, tetap saja menarik untuk disimak dan dipastikan Pamela Clare masuk daftar penulis favoritku.

[ more about the author & related works, just check at here : Pamela Clare | on Goodreads | at Twitter | at FaceBook ]

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...