Translate

Sunday, March 20, 2016

[ 2016 | Review #47 ] : "DOVER"

Judul Asli : DOVER
Copyright © 2008 by Gustaaf Peek. Amsterdam, Em. Querido’s Uitgeverij
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Gabriella Felicia, Maria Leisa Adelia, Meggy Soedjatmiko, Miranda Sapardan, Sri Zuliati, Tyas DM, Vini Widianingsih, Widjajanti Dharmowijono & Zahroh Nuriah
Editor : Widjajanti Dharmowijono & Meggy Soedjatmiko
Desain & ilustrasi sampul : Peter Van Dongen
Cetakan I : Desember 2015 ; 256 hlm ; ISBN 978-602-03-1622-2
Harga Normal : Rp. 58.000,-
Rate : 3.5 of 5

Tepat menjelang tengah malam tanggal 18 Juni 2000, petugas duane pelabuhan Dover, Inggris, membuka paksa kiriman muatan peti kemas dari Rotterdam, Belanda yang mencurigakan. Di dalamnya, mereka menemukan 58 mayat korban yang tewas akibat tersekap dan terkurung dalam ruang tertutup lebih dari 18 jam. Ada 2 orang korban yang berhasil terselamatkan dalam kondisi sangat buruk. Dari kisah nyata yang menjadi catatan buruk tragedi pembunuhan massal yang terjadi di Inggris dan melibatkan kaum imigran inilah kisah ini lahir. Bukan sekedar korban tak dikenal, melainkan manusia-manusia yang memiliki penyesalan dan pengharapan, ketakutan sekaligus impian masa depan yang lebih baik.


Ia dikenal sebagai Tony saat diterima sebagai pekerja di restoran milik Mr. Chow di Rotterdam, Belanda. Namun dulunya ia pernah bernama Marlon – peranakan Cina yang tinggal di Indonesia. Ayahnya pendatang dari Cina, namun ulet dan gigih dalam usaha hingga mampu mendirikan toko. Ia menikah dengan wanita Indonesia, yang memberinya seorang putra dan putri. Bapak Nanang, demikian ia memperkenalkan dirinya, tak pernah memperdulikan politik, sekedar mengikuti arus dan selalu memilih Partai Golkar selama rezim pemerintahan Soeharto. Kehidupan mereka mengalami naik-turun namun selain gangguan dari pihak-pihak yang iri dan tidak menyukai sosok ‘bermata sipit’ yang ‘punya segalanya’.

Hingga tahun 1997, keresahan yang diam-diam menyebar, membuat sang ayah melakukan persiapan seandainya mereka harus keluar dari Indonesia. Hanya putranya yang diberitahu ‘rahasia’ yang tersimpan di tempat tersembunyi, jika situasi semakin genting bagi mereka semua. Dan tiada yang menduga pada bulan Mei, kekacauan muncul tanpa ada peringatan, dan keluarga ini pun menjadi salah satu dari sekian banyak korban rasialisme, perkosaan, penyiksaan dan pembunuhan serta vandalisme tercatat dalam sejarah kelam bangsa Indonesia. Marlon berhasil selamat, dan melarikan diri ke Belanda berbekal ‘persiapan’ yang telah direncanakan oleh sang ayah. Ia harus meninggalkan kenangan atas ayah, ibu, dan adiknya, serta tanah kelahirannya.

Di Belanda, ia diserahkan pada Mr. Chow yang memberitahu kini namanya menjadi Tony dan harus mengikuti semua petunjuk dan peraturan yang ia berikan. Dengan demikian ia menjamin kelangsungan hidup Tony di Belanda. Ia harus bekerja melakukan perintah-perintah Mr. Chow dan diperbolehkan menempati kamar tersendiri di sebuah apartemen, di mana ia bertemu dengan Kiki dan Bas, penyewa kamar gedung milik Mr. Chow yang kelak menjadi teman dalam waktu yang relatif singkat. Tanpa banyak pertanyaan, siapa saja yang memiliki uang, bisa menyewa kamar kecil dengan dapur ala kadarnya, dan kamar mandi bersama.

Bas, pria kulit hitam yang bekerja sebagai loper koran dalam dua kloter, pagi dan sore, gemar bercakap-cakap dan bertukar kabar dengan Tony. Namun siapa sebenarnya Bas dan dari mana asalnya, tiada yang mengetahui dan Bas tidak pernah bersedia mengungkap fakta tersebut. Sedangkan Kiki adalah gadis penggemar fotografi, yang sekilas memiliki keluarga normal dan bahagia, namun entah mengapa ia memilih tinggal di kamar apartemen sempit dibandingkan kediaman keluarganya. Kiki memiliki impian untuk bisa keliling dunia, termasuk mengunjungi Indonesia, dari wilayah Sumatra ke Jawa, melihat-lihat Jakarta, Yogyakarta serta Bali. Kiki bukanlah nama aslinya, sebagaimana Tony maupun Bas.

Kisah ini berjalan cukup lambat pada awalnya dan penulis sengaja memilih alur ‘flash-back’ yang diulang pada beberapa adegan, sehingga membutuhkan kesabaran untuk memahami sekaligus menyatukan keseluruhan kisah. Hubungan antara Tony, Bas dan Kiki terasa acak, hanya disatukan bahwa mereka sama-sama pendatang di Rotterdam dan ‘kebetulan’ berada di gedung milik Mr. Chow. Benang merah mulai muncul saat sosok bernama Bernard Fiss terlibat secara tidak langsung. Ia adalah pengacara handal dengan jiwa keadilan tinggi. Sayangnya naluri untuk menolong berhadapan dengan birokrasi dan permainan politik ‘main-belakang’ yang kerap terjadi pada perusahaan pengacara terutama saat melibatkan sejumlah besar uang.

Bernard Fiss adalah pria yang jujur dan lurus, hingga ia terpuruk dalam situasi aneh menyangkut salah satu kliennya. Kehidupan pribadi dan karirnya hancur, dan ia terpaksa melayani klien-klien dari dunia gelap yang diatur oleh mafia. Kini ia bekerja pada Mr. Chow dan Mr. Abdu, dua pria berbeda kebangsaan, perilaku dan kebiasaan. Kesamaannya hanya mereka sama-sama menguasai pangsa pasar terbesar, memanfaatkan imigran gelap yang membutuhkan jalur cepat menuju tujuan mereka. Mayoritas berasal dari negara-negara ‘ketiga’ dan mereka awalnya bukan dari golongan tidak mampu, bahkan telah membayar cukup besar sebagai uang muka, namun akibat terjerat permainan mafia, rata-rata tidak pernah tiba di tujuan semula.

Belanda adalah negara yang menjadi banyak persinggahan kaum pengungsi atau imigran gelap ini, lebih karena lokasinya yang strategis, untuk menyeberang ke Inggris misalnya, tujuan terbanyak sebagian besar pengungsi Eropa. Dan disinilah peran sosok Mr. Chow dan Abdu, yang menjanjikan kelanjutan perjalanan para imigran gelap yang (sengaja dibuat) ‘terdampar’ di Belanda, bahwa mereka harus tinggal sementara di lokasi yang dikelola oleh mereka, bekerja tanpa upah dengan balasan tempat tinggal, hingga pelayanan mereka dianggap layak sebagai ganti pembayaran untuk perjalanan berikutnya. Bagi mereka yang berhasil mengumpulkan dana lebih cepat, pemberangkatan diatur bekerja sama dengan penyelundup yang juga meminta bayaran.

Mengikuti perjalanan Bernard Fiss yang akhirnya mengetahui ‘kebenaran’ pada siapa ia selama ini bekerja. Saat berhadapan dengan gadis belia yang hamil besar, dipersiapkan untuk bermain dalam adegan film pornografi brutal, ia bertekad menyelamatkan Aylin – nama samaran gadis yang ditipu oleh seorang pria dan dijual pada sekelompok manusia bejat, berpindah-pindah dari satu pemilik ke pemilik lain yang semuanya mengerikan. Namun benarkah usaha Bernard menyelamatkan Aylin mampu memulihkan kondisi buruk yang ia alami ? Bagaimana dengan korban-korban ‘women-trafficking’ lainnya, serta para pengungsi yang tertipu dan terjerat semakin dalam di permainan mafia penyeludupan ?

Kisah ini sedikit mengingatkan ada fenomena ‘butterfly effect’ dimana suatu kejadian random di suatu belahan bumi mampu berpengaruh pada kejadian lain yang sedang atau akan terjadi di belahan dunia lain yang sekilas tak memiliki hubungan atau keterkaitan. Melalui aksi penyelamatan yang didasarkan atas penyesalan Bernard Fiss, ternyata berdampak buruk pada kelangsungan hidupnya, sekaligus nyawa-nyawa tak dikenal yang ia ‘rubah’ tanpa berpikir panjang. Bagaimana kelanjutan nasib Tony yang ‘terdampar’ dalam cengkeraman Mr. Chow, atau Kiki yang merupakan manusia bebas namun merasa hidupnya terbelenggu hingga memilih berpetualang menjelajahi belahan dunia yang tak pernah ia ketahui.

~ full cover of Dover by Peter van Dongen ~
Dan Bas yang berusaha menghapus masa lalunya yang kelam dan mengerikan sebagai tentara pembunuh bayaran, untuk mendapatkan secercah kebebasan mutlak dalam menikmati kebahagiaan hidup. Sebuah kisah yang sangat pendek (hanya 256 halaman) namun sarat dengan filosofi pemikiran yang tidak langsung bisa dicerna. Di sisi lain, pesan moral akan makna kehidupan dan kematian nyaris memenuhi keseluruhan kisah yang sekilas tanpa ujung pangkal. Disertai ilustrasi indah karya Peter van Dongen sebagai sampul depan dan pembatas bukunya, ini merupakan karya sastra yang layak dijadikan rekomendasi bagi pembaca yang menyukai sesuatu yang berbobot.

[ more about this author & related works, just check at here : Gustaaf Peek | on Goodreads ]

Best Regards,

@Hobbybuku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...